DPR Soroti Insiden Lion Air di Jambi: Desakan Audit Menyeluruh Landasan Pacu Bandara Sultan Thaha

Insiden Lion Air di Jambi Memicu Sorotan Tajam DPR

Jakarta - Insiden gagal terbangnya pesawat Lion Air rute Jambi-Jakarta pada Kamis (10/4/2024) akibat permasalahan pada landasan pacu Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi, telah memicu reaksi keras dari anggota Komisi V DPR RI. Edi Purwanto, anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI-P, mendesak pengelola bandara untuk segera melakukan audit menyeluruh terhadap kondisi landasan pacu (runway) dan seluruh infrastruktur pendukungnya. Desakan ini muncul sebagai respons terhadap kejadian yang sempat viral di media sosial, di mana ratusan penumpang terpaksa dievakuasi dari pesawat setelah mengalami kendala saat hendak lepas landas.

"Saya telah berkomunikasi langsung dengan General Manager Bandara dan meminta agar dilakukan pengecekan komprehensif, tidak hanya pada bagian yang mengalami amblesan atau lendutan, tetapi seluruh area runway dan infrastruktur terkait," tegas Edi Purwanto dalam keterangan tertulisnya, Jumat (11/4/2024). Ia menekankan bahwa keselamatan penumpang dan kelancaran operasional penerbangan harus menjadi prioritas utama, tanpa kompromi sedikit pun.

Prioritaskan Keselamatan Penerbangan

Menurut Edi, meskipun aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha Saifuddin telah dilaporkan kembali normal, jaminan keselamatan penerbangan pasca-insiden harus tetap menjadi fokus utama. "Tidak ada kompromi dalam hal ini, prioritas utama kita adalah keselamatan. Keselamatan di dunia penerbangan harus zero tolerance," ujarnya.

Politisi PDI-P tersebut juga mengindikasikan kemungkinan kunjungan kerja Komisi V DPR RI ke Jambi untuk melakukan evaluasi langsung terhadap sistem keamanan bandara. Ia berharap insiden ini dapat menjadi momentum untuk mengidentifikasi potensi kerentanan dan meningkatkan standar keamanan secara keseluruhan.

"Rencananya, Komisi V DPR RI akan melakukan kunjungan ke Jambi, dan masalah ini akan menjadi agenda pembahasan utama untuk evaluasi bersama. Kita perlu mengidentifikasi langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk meningkatkan sistem keamanan di Bandara Jambi," tambahnya.

Penjelasan Pihak Bandara dan Dugaan Penyebab

Sebelumnya, pihak bandara menjelaskan bahwa insiden tersebut disebabkan oleh suhu panas ekstrem yang menyebabkan material aspal pada landasan pacu menjadi lunak. Kondisi ini mengakibatkan permukaan landasan mengalami cekungan dan menyebabkan ban pesawat "lengket", sehingga pesawat gagal lepas landas.

General Manager Bandara Sultan Thaha Jambi, Ardon Marbun, menjelaskan bahwa fenomena "lendut" pada permukaan landasan pacu dipicu oleh suhu yang sangat terik. Tekanan berat dari badan pesawat memperparah kondisi tersebut, sehingga ban menempel di landasan dan membahayakan proses lepas landas.

Dampak Insiden dan Langkah Antisipasi

Akibat kejadian ini, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Thaha sempat terganggu selama beberapa jam. Meskipun demikian, pihak bandara telah berupaya untuk mengatasi masalah tersebut dan memastikan operasional bandara kembali normal secepat mungkin.

Insiden ini menjadi pengingat akan pentingnya pemeliharaan dan pengawasan rutin terhadap infrastruktur bandara, khususnya landasan pacu. Kondisi cuaca ekstrem, seperti yang terjadi di Jambi, dapat memperburuk kondisi landasan pacu dan meningkatkan risiko terjadinya insiden serupa. Oleh karena itu, langkah-langkah antisipasi dan mitigasi risiko perlu ditingkatkan untuk memastikan keselamatan penerbangan.

Perlunya Evaluasi Menyeluruh Sistem Keamanan Bandara

Insiden gagal terbangnya pesawat Lion Air di Bandara Sultan Thaha Jambi menjadi momentum penting untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keamanan bandara. Evaluasi ini harus mencakup aspek-aspek berikut:

  • Kondisi landasan pacu: Pemeriksaan rutin dan perbaikan segera terhadap kerusakan pada landasan pacu.
  • Sistem drainase: Memastikan sistem drainase berfungsi dengan baik untuk mencegah genangan air di landasan pacu.
  • Pengawasan cuaca: Memantau kondisi cuaca secara cermat dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.
  • Pelatihan personel: Meningkatkan pelatihan personel bandara dalam menghadapi situasi darurat.
  • Koordinasi antar instansi: Memperkuat koordinasi antar instansi terkait, seperti pengelola bandara, maskapai penerbangan, dan otoritas penerbangan.

Dengan melakukan evaluasi menyeluruh dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan, diharapkan insiden serupa dapat dicegah di masa mendatang dan keselamatan penerbangan di Indonesia dapat terus ditingkatkan.