Respons ASEAN terhadap Kebijakan Tarif Impor AS: Upaya Diplomasi dan Penguatan Integrasi Ekonomi Regional
ASEAN Merespons Kebijakan Tarif Impor AS dengan Diplomasi dan Penguatan Ekonomi Regional
Menteri Ekonomi dari negara-negara anggota ASEAN telah mengeluarkan pernyataan bersama yang mengungkapkan keprihatinan mendalam atas kebijakan tarif impor resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Kebijakan ini, yang semula menetapkan tarif dasar impor sebesar 10 persen untuk lebih dari 180 negara dan tarif tambahan hingga 50 persen untuk 90 negara (termasuk Indonesia yang dikenakan tarif 32 persen), dinilai berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global dan regional.
Pernyataan Bersama ASEAN: Keprihatinan dan Komitmen pada Dialog
Pernyataan bersama ASEAN, yang terdiri dari delapan poin utama, menyoroti dampak negatif yang mungkin timbul dari kebijakan tarif AS, khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). ASEAN, sebagai kekuatan ekonomi terbesar kelima di dunia, menekankan bahwa kebijakan tersebut dapat menciptakan ketidakpastian, mengganggu arus perdagangan dan investasi, serta merusak rantai pasok global. Lebih lanjut, ASEAN khawatir bahwa tarif ini dapat mengancam mata pencaharian jutaan orang, terutama di negara-negara ASEAN yang masih berkembang.
Namun, di tengah kekhawatiran tersebut, ASEAN menegaskan komitmennya untuk menjalin dialog yang jujur dan konstruktif dengan Amerika Serikat. ASEAN tidak berencana untuk mengambil langkah balasan terhadap tarif tersebut, melainkan memilih jalur diplomasi dan kerja sama. Hal ini didasari oleh fakta bahwa ASEAN merupakan mitra dagang kelima terbesar bagi AS dan penerima investasi langsung asing (FDI) terbesar dari Negeri Paman Sam pada tahun 2024.
Mendorong Kerja Sama Perdagangan dan Investasi
ASEAN menyatakan kesiapannya untuk bekerja sama dengan AS dalam kerangka Perjanjian Perdagangan dan Investasi ASEAN-AS (TIFA) dan Rencana Kerja Keterlibatan Ekonomi yang Diperluas (E3). Fokus utama dari kerja sama ini adalah untuk mencari solusi terhadap tantangan perdagangan yang muncul dan memperkuat konektivitas rantai pasok melalui inovasi digital. ASEAN percaya bahwa hubungan yang kuat dan berwawasan ke depan dengan AS akan mendukung pertumbuhan ekonomi di kedua belah pihak.
Beberapa sektor prioritas yang diidentifikasi untuk kerja sama meliputi:
- Jasa digital
- Energi hijau
- Manufaktur
- Pangan
- Teknologi transportasi
Dukungan untuk Sistem Perdagangan Multilateral
ASEAN menegaskan kembali dukungannya terhadap sistem perdagangan multilateral berbasis aturan yang dijalankan oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). ASEAN sependapat dengan Direktur Jenderal WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, bahwa kebijakan tarif yang diterapkan AS berisiko besar bagi perdagangan global, terutama bagi negara-negara berkembang. ASEAN mendorong WTO untuk menjadi forum dialog yang konstruktif guna mencegah konflik dagang yang lebih besar dan mempromosikan penyelesaian sengketa secara damai.
Penguatan Integrasi Ekonomi Regional
Di tengah tekanan global, ASEAN berkomitmen untuk memperdalam integrasi ekonomi kawasan melalui berbagai inisiatif, termasuk peningkatan Perjanjian Perdagangan Barang ASEAN (ATIGA) dan Perjanjian Kerangka Ekonomi Digital ASEAN (DEFA). Selain itu, ASEAN juga terbuka untuk menjalin kerja sama ekonomi baru dengan mitra eksternal.
ASEAN terus mendorong peningkatan perdagangan dan investasi di dalam kawasan. Pernyataan bersama ini mengirimkan pesan yang kuat tentang komitmen dan kesatuan ASEAN dalam memperkuat integrasi ekonomi regional. ASEAN bertekad untuk terus bekerja sama erat, menjaga solidaritas, dan menjunjung tinggi aturan perdagangan ASEAN dalam menghadapi krisis perdagangan global secara berkelanjutan.