Lonjakan Harga Emas: Tarif Impor AS dan Ketidakpastian Geopolitik Picu Permintaan Safe Haven

Lonjakan Harga Emas: Tarif Impor AS dan Ketidakpastian Geopolitik Picu Permintaan Safe Haven

Harga emas mengalami peningkatan signifikan selama beberapa hari terakhir, mencapai US$ 2.924 per ons troi pada tanggal 6 Maret 2025. Kenaikan ini didorong oleh dua faktor utama: kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat (AS) dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Kebijakan proteksionis AS, yang memberlakukan tarif 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada serta menaikkan tarif impor dari Tiongkok menjadi 20 persen, telah menciptakan gelombang ketidakpastian di pasar global. Hal ini mendorong investor untuk mencari aset safe haven, seperti emas, sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan politik.

Andy Nugraha, analis dari Dupoin Indonesia, menjelaskan bahwa kebijakan tarif impor AS yang kontroversial, yang digagas oleh Presiden Donald Trump, telah meningkatkan ketegangan perdagangan global. Investor, yang khawatir akan dampak negatif dari perang dagang yang semakin memanas, berbondong-bondong beralih ke emas sebagai instrumen investasi yang lebih aman. Meskipun Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyebutkan kemungkinan peninjauan kembali kebijakan tarif dalam waktu 48 jam, laporan dari New York Times mengindikasikan bahwa Presiden Trump bertekad untuk mempertahankan kebijakan tersebut. Ketidakpastian ini semakin memperkuat posisi emas sebagai aset lindung nilai.

Selain itu, situasi geopolitik yang semakin tegang turut berkontribusi terhadap lonjakan harga emas. Keputusan AS untuk menghentikan bantuan militer ke Ukraina, di tengah perdebatan panas antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terkait negosiasi perdamaian, telah meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi konflik. Ketidakpastian ini juga mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, dan emas kembali menjadi pilihan utama.

Namun, faktor lain perlu dipertimbangkan. Penguatan dolar AS (DXY), yang mencapai sekitar 105,70, didorong oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS (obligasi bertenor dua tahun dan 10 tahun masing-masing memiliki imbal hasil 3,98 persen dan 4,25 persen), berpotensi menekan harga emas. Emas, sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung kurang menarik ketika imbal hasil obligasi pemerintah meningkat. Meskipun demikian, kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global dan dampak negatif tarif impor AS terhadap pertumbuhan ekonomi AS tetap menjadi risiko bagi dolar AS, yang dapat memicu pelemahan dolar dan mendukung kenaikan harga emas.

Dari perspektif teknikal, analis melihat tren bullish pada emas masih cukup kuat. Analisis pola candlestick dan indikator moving average menunjukkan potensi kenaikan harga emas dalam jangka pendek. Andy Nugraha memprediksi harga emas dapat mencapai US$ 2.929 sebagai target terdekat. Namun, jika gagal menembus level tersebut dan terjadi pembalikan tren (reversal), harga emas berpotensi turun ke level US$ 2.897. Perkembangan kebijakan tarif AS dan situasi geopolitik akan terus menjadi faktor penentu arah pergerakan harga emas di masa mendatang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Emas:

  • Kebijakan tarif impor AS
  • Ketidakpastian geopolitik (konflik Ukraina)
  • Penguatan dolar AS
  • Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS
  • Permintaan safe haven
  • Analisis teknikal (pola candlestick dan moving average)