Maluku Siap Tingkatkan Bauran EBT: Proyek PLTP 40 MW Masuk RUPTL PLN 2025-2034
Maluku Siap Tingkatkan Bauran EBT: Proyek PLTP 40 MW Masuk RUPTL PLN 2025-2034
Provinsi Maluku bersiap untuk melakukan transformasi signifikan dalam sektor energi dengan fokus pada pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Kabar gembira datang dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang memastikan bahwa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) berkapasitas total 40 megawatt (MW) di Maluku telah resmi masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) untuk periode 2025-2034.
Kepastian ini diungkapkan oleh Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, yang menekankan bahwa langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk memaksimalkan potensi panas bumi yang melimpah di Maluku. Potensi ini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional, sekaligus mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil yang selama ini mendominasi kelistrikan di wilayah tersebut.
"Lokasi PLTP ini berada di wilayah Maluku Tengah, dan potensinya telah teridentifikasi oleh Badan Geologi. Sekarang, proyek ini sudah masuk dalam RUPTL," ujar Bahlil di Jakarta, menegaskan komitmen pemerintah untuk merealisasikan proyek ini secepatnya.
Saat ini, proses lelang untuk pengembangan PLTP di Maluku sedang berlangsung. Pemerintah tengah menyeleksi investor yang paling kompeten untuk menggarap proyek strategis ini. Proyek PLTP yang dimaksud meliputi dua lokasi utama, yaitu:
- PLTP Wapsalit (20 MW) di Pulau Buru: Proyek ini saat ini masih dalam tahap eksplorasi oleh pengembang swasta. Targetnya, PLTP Wapsalit dapat memulai operasi komersial (COD) pada tahun 2028.
- PLTP Tulehu (2x10 MW) di Pulau Ambon: Proyek ini juga menjadi prioritas dalam pengembangan panas bumi di Maluku.
Selain kedua lokasi tersebut, Maluku juga memiliki potensi panas bumi lainnya di Banda Baru, Pulau Seram. Hasil survei Badan Geologi menunjukkan bahwa wilayah ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi PLTP berkapasitas 25 MW. Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM berencana untuk menawarkan proyek ini kepada investor melalui mekanisme market sounding pada April 2025.
Pengembangan EBT di Maluku menjadi sangat krusial mengingat kondisi kelistrikan di provinsi ini yang masih didominasi oleh pembangkit berbasis energi fosil. Data Kementerian ESDM tahun 2024 menunjukkan bahwa total kapasitas pembangkit listrik di Maluku mencapai 409 MW. Dari jumlah tersebut, sekitar 99% (406 MW) masih berasal dari sumber fosil, terutama Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan kombinasi pembangkit berbahan bakar gas dan uap (PLTG, PLTGU, dan PLTMG). PLTD menyumbang kapasitas terbesar, yaitu 249 MW (61%), diikuti oleh pembangkit berbasis gas dan uap dengan 157 MW (38%).
Kontribusi EBT saat ini masih sangat minim, hanya sekitar 3 MW atau kurang dari 1%, yang terdiri dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 3 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Mikrohidro) sebesar 0,1 MW. Dengan masuknya proyek PLTP 40 MW ke dalam RUPTL PLN, diharapkan bauran EBT di Maluku dapat meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun mendatang, menciptakan sistem kelistrikan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Langkah ini juga sejalan dengan komitmen pemerintah untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23% pada tahun 2025 dan net zero emission pada tahun 2060. Pengembangan panas bumi di Maluku menjadi salah satu strategi kunci untuk mencapai target-target tersebut, sekaligus memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat melalui penyediaan energi yang terjangkau dan ramah lingkungan.