Modifikasi Cuaca: Solusi Mahal namun Efektif Cegah Bencana Ekstrem di Indonesia

Modifikasi Cuaca: Strategi Mahal Namun Efektif Tanggulangi Bencana Ekstrem di Indonesia

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, mengakui tingginya biaya yang dikeluarkan untuk Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologi. Namun, beliau menekankan efektivitas metode ini dalam mengurangi dampak cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan bencana besar, khususnya banjir. Pernyataan ini disampaikan Suharyanto dalam rapat penanganan banjir Bekasi, Kamis (6/3/2025), menyusul peristiwa banjir yang melumpuhkan sebagian wilayah kota tersebut.

BNPB telah melaksanakan OMC selama 20 hari pada periode 11-31 Desember 2024, menelan biaya lebih dari Rp 35 miliar untuk 177 sorti penerbangan. Suharyanto menjelaskan bahwa operasi ini terbukti efektif mencegah bencana besar selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa biaya yang dikeluarkan cukup signifikan dan membutuhkan kolaborasi yang lebih kuat dengan pemerintah daerah (pemda) untuk meringankan beban operasional.

Tantangan dan Kolaborasi:

OMC, meski terbukti efektif, bukanlah solusi tanpa tantangan. Prediksi cuaca ekstrem dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), meski rutin dikeluarkan, kadang meleset dari realitas di lapangan. Suharyanto mencontohkan, banjir besar yang melanda Bekasi terjadi di luar prediksi puncak musim hujan Januari-Februari. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemda dinilai krusial untuk memastikan keberlanjutan dan efektivitas OMC. Keterlibatan pemda diharapkan dapat mengurangi beban biaya yang ditanggung BNPB, sekaligus mempercepat respon terhadap potensi bencana di wilayah masing-masing.

Dampak Banjir Bekasi dan Perlunya Mitigasi Berkelanjutan:

Banjir yang melanda tujuh dari dua belas kecamatan di Kota Bekasi – Jatiasih, Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Bekasi Utara, Bantar Gebang, Pondok Gede, dan Rawa Lumbu – menjadi bukti nyata betapa rentannya wilayah Indonesia terhadap bencana hidrometeorologi. Kejadian ini menekankan urgensi peningkatan kapasitas mitigasi bencana, termasuk melalui OMC dan kerja sama yang lebih intensif antar lembaga dan pemerintah daerah.

Suharyanto berharap, dengan dukungan dan kolaborasi yang lebih kuat, OMC dapat terus menjadi bagian penting dari strategi nasional dalam mengurangi risiko bencana akibat cuaca ekstrem. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan akurasi prediksi cuaca dan pengembangan sistem peringatan dini yang lebih efektif untuk meminimalisir dampak bencana di masa mendatang.

Langkah ke Depan:

  • Peningkatan kolaborasi antara BNPB dan pemerintah daerah dalam pendanaan dan pelaksanaan OMC.
  • Pengembangan sistem peringatan dini yang lebih akurat dan responsif terhadap perubahan cuaca ekstrem.
  • Investasi dalam infrastruktur yang lebih tangguh terhadap bencana.
  • Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya mitigasi bencana.

OMC terbukti menjadi strategi yang efektif, meskipun mahal. Namun, peningkatan kolaborasi dan investasi dalam sistem peringatan dini yang lebih baik akan memastikan keberlanjutan upaya mitigasi bencana di Indonesia.