Tragedi Yahukimo: OPM Diduga Dalang Pembantaian 11 Pendulang Emas, TNI Bantah Klaim Korban Adalah Militer
Pembantaian di Yahukimo: Fakta dan Bantahan TNI
Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan, kembali berduka. Sebuah serangan brutal yang diduga dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) telah merenggut nyawa 11 orang warga sipil yang berprofesi sebagai pendulang emas. Tragedi ini terjadi di lokasi pendulangan emas yang terletak di wilayah terpencil, menyisakan trauma mendalam bagi masyarakat setempat dan menimbulkan pertanyaan besar tentang motif di balik kekejaman ini.
TNI Angkatan Darat (TNI AD) melalui Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Wahyu Yudhayana, dengan tegas membantah klaim OPM yang menyebutkan bahwa korban tewas adalah anggota militer atau intelijen. Menurut Wahyu, informasi tersebut adalah disinformasi yang sengaja disebarkan untuk menutupi aksi keji mereka dan mengelabui opini publik. "Berita tersebut sama sekali tidak benar dan sudah dipastikan para korban adalah warga sipil yang berprofesi sebagai pendulang," ujar Wahyu dalam keterangan resminya.
Upaya Penyelamatan dan Evakuasi Korban
Pasca serangan yang terjadi pada Minggu (6/4/2025) di lokasi 22 dan Muara Kum, Yahukimo, aparat keamanan bergerak cepat untuk melakukan evakuasi dan memberikan pertolongan kepada para korban. Pada hari Kamis (10/4/2025), tim evakuasi berhasil mengevakuasi dua jenazah korban, Wawan dan Kaswadi, menggunakan helikopter dan membawanya ke RSUD Dekai untuk proses identifikasi lebih lanjut. Proses evakuasi jenazah korban lainnya masih terus dilakukan dengan menghadapi tantangan medan yang sulit dan faktor keamanan yang belum sepenuhnya kondusif.
Selain mengevakuasi korban meninggal, petugas juga membantu mengevakuasi warga sipil yang selamat dari serangan. Humas Satgas Damai Cartenz, Kombes Yusuf Sutejo, menjelaskan bahwa puluhan warga lainnya terpaksa mengungsi ke kampung Mabul untuk mencari perlindungan. Saat ini, tercatat 35 orang mengungsi, 8 orang terpisah dari rombongan dan belum ditemukan, dan 2 orang masih disandera oleh pelaku.
Motif dan Dugaan Propaganda OPM
TNI menduga bahwa serangan ini merupakan bagian dari upaya OPM untuk mengacaukan keamanan dan stabilitas di wilayah Papua Pegunungan. Wahyu Yudhayana meyakini bahwa penyebaran informasi palsu tentang identitas korban adalah taktik propaganda untuk membenarkan tindakan brutal mereka dan menutupi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang telah dilakukan. "Diyakini bahwa pernyataan hoax dari OPM sengaja disebar sebagai aksi teror, propaganda, tipu muslihat dan upaya untuk mengacaukan keamanan sebagai cara pembenaran aksi keji mereka dan menutupi tindakan pelanggaran HAM," tegas Wahyu.
Tindakan Hukum dan Upaya Pemulihan Keamanan
Pihak kepolisian dan TNI terus melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap pelaku dan motif di balik serangan ini. Upaya pengejaran terhadap kelompok OPM yang bertanggung jawab atas pembantaian ini terus dilakukan. Di samping itu, pemerintah daerah dan aparat keamanan juga berupaya memberikan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi dan keluarga korban, serta memulihkan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayah Yahukimo.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya upaya dialog dan pendekatan komprehensif untuk menyelesaikan konflik di Papua. Kekerasan hanya akan menimbulkan penderitaan dan menghambat pembangunan di wilayah tersebut. Pemerintah dan seluruh elemen masyarakat diharapkan dapat bersatu padu untuk menciptakan Papua yang damai, aman, dan sejahtera.