Menelisik Program Cek Kesehatan Gratis: Upaya Preventif Pemerintah dalam Genggaman Masyarakat
Menelisik Program Cek Kesehatan Gratis: Upaya Preventif Pemerintah dalam Genggaman Masyarakat
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang digagas pemerintah, menandai babak baru dalam upaya preventif terhadap berbagai penyakit berbahaya di Indonesia. Sejak diluncurkan pada Februari 2025, inisiatif ini telah menjangkau lebih dari 1,5 juta penduduk di seluruh nusantara, membuka akses layanan kesehatan dasar bagi masyarakat luas.
Guna memahami implementasi program ini secara langsung, penulis mencoba memanfaatkan layanan CKG di Puskesmas Sukmajaya, Depok, Jawa Barat. Proses pendaftaran dilakukan melalui aplikasi SatuSehat, platform digital yang menjadi jembatan antara masyarakat dan fasilitas kesehatan. Setelah memilih jadwal yang tersedia, Jumat (11/4/2025), penulis berhasil mendapatkan slot CKG.
Kemudahan Akses dan Fleksibilitas
Berbeda dengan ketentuan awal yang membatasi pendaftaran berdasarkan bulan kelahiran, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memberikan kelonggaran sejak 1 Maret 2025. Kebijakan ini memungkinkan masyarakat untuk mengikuti CKG kapan saja, selama kuota masih tersedia. Fleksibilitas ini menjadi nilai tambah, memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin memeriksakan kesehatan tanpa terikat batasan waktu.
Proses pendaftaran melalui aplikasi SatuSehat terbilang intuitif. Pengguna dapat memilih tanggal pemeriksaan, memasukkan nomor telepon, dan memilih fasilitas kesehatan (faskes) yang diinginkan. Kebebasan memilih faskes menjadi daya tarik tersendiri, memberikan otonomi kepada masyarakat untuk menentukan tempat pemeriksaan yang paling nyaman dan mudah dijangkau.
Namun, ditemukan sedikit kendala terkait informasi ketersediaan kuota di aplikasi. Beberapa faskes terindikasi penuh meskipun sistem menunjukkan kuota masih tersedia. Hal ini menjadi catatan penting untuk perbaikan sistem, guna memastikan informasi yang akurat dan menghindari kekecewaan pengguna.
Setelah pendaftaran berhasil, aplikasi mengarahkan pengguna untuk mengisi kuesioner skrining mandiri. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup berbagai aspek, mulai dari data demografis, riwayat kesehatan keluarga, kondisi kesehatan mental, perilaku merokok, tingkat aktivitas fisik, hingga riwayat tuberkulosis. Informasi ini menjadi dasar bagi petugas kesehatan untuk melakukan evaluasi risiko dan memberikan rekomendasi yang sesuai.
Pengalaman Pemeriksaan di Puskesmas
Pada hari yang telah ditentukan, penulis tiba di Puskesmas Sukmajaya pukul 9 pagi. Proses registrasi ulang berjalan lancar, diikuti dengan pemeriksaan tekanan darah, berat badan, dan tinggi badan. Petugas kesehatan juga menanyakan kembali beberapa pertanyaan terkait riwayat kesehatan keluarga, gaya hidup, dan kebiasaan buruk seperti merokok dan mengonsumsi alkohol.
Seorang petugas mengungkapkan peningkatan antusiasme masyarakat terhadap program CKG dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi program mulai membuahkan hasil, meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeriksaan kesehatan preventif.
Selanjutnya, penulis diarahkan ke laboratorium untuk menjalani pemeriksaan darah (hemoglobin dan hematokrit), gula darah sewaktu, dan hepatitis B (HBsAG). Proses ini memakan waktu cukup lama karena antrean yang digabung dengan pasien lain. Penulis menghabiskan sekitar satu jam untuk menunggu giliran.
Sembari menunggu hasil lab, penulis melanjutkan pemeriksaan ke poli gigi dan poli umum. Di poli umum, dilakukan pemeriksaan kesehatan mata dan telinga. Pemeriksaan di poli gigi berlangsung singkat, dokter memberikan catatan medis terkait kondisi gigi penulis. Pemeriksaan mata dan telinga juga dilakukan dengan cepat, menggunakan metode sederhana seperti tes suara dan snellen chart.
Selama berada di puskesmas, penulis tidak menemukan adanya poster informasi terkait alur proses CKG. Hal ini dapat menjadi kendala bagi sebagian masyarakat, terutama mereka yang baru pertama kali mengikuti program ini. Untungnya, tenaga medis yang bertugas sigap memberikan penjelasan yang jelas dan informatif.
Hasil dan Potensi Pengembangan
Tepat pukul 11.00, hasil laboratorium keluar dan dibacakan oleh petugas. Secara keseluruhan, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh rangkaian CKG mencapai 2 jam. Meskipun terbilang cukup panjang, layanan yang diberikan di Puskesmas Sukmajaya cukup memadai. Fasilitas yang tersedia meliputi pemeriksaan kanker (serviks dan payudara) serta pemeriksaan kadar kolesterol untuk mendeteksi risiko penyakit jantung.
Namun, tidak semua pemeriksaan tersebut dapat diikuti oleh semua peserta. Sesuai ketentuan, pemeriksaan kanker serviks dan payudara hanya diperuntukkan bagi wanita berusia di atas 30 tahun, sedangkan pemeriksaan faktor risiko jantung dan jenis kanker lain seperti paru dan usus besar hanya untuk usia di atas 40 tahun.
Menurut seorang dokter umum yang bertugas, pemeriksaan kanker yang tersedia meliputi pemeriksaan payudara secara klinis (sadanis) untuk kanker payudara dan inspeksi visual asam asetat (IVA) untuk kanker serviks. Selain itu, tersedia juga elektrokardiogram (EKG) untuk memeriksa penyakit jantung.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menekankan bahwa CKG merupakan langkah preventif yang krusial dalam menekan angka penyakit berbahaya. Deteksi dini memungkinkan penanganan yang lebih efektif, sehingga dapat mengurangi beban pembiayaan kesehatan di masa depan. Dengan CKG, puskesmas mungkin akan lebih sibuk, namun antrean pasien dengan gejala parah di rumah sakit diharapkan dapat berkurang secara signifikan.
Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bukan sekadar program kesehatan, melainkan investasi jangka panjang untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan produktif. Dengan terus meningkatkan kualitas layanan, memperluas jangkauan, dan memastikan informasi yang akurat, CKG berpotensi menjadi garda terdepan dalam pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan masyarakat.