Kesalahpahaman Antrean Picu Kericuhan di Samsat Soreang, Bukan Praktik Titip Uang

Insiden di Samsat Soreang: Klarifikasi Terkait Kericuhan Akibat Kesalahpahaman Antrean

Sebuah insiden kericuhan mewarnai pelayanan di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Soreang, Kabupaten Bandung, Kamis (10/4/2025). Video amatir yang merekam kejadian tersebut viral di media sosial, memicu berbagai spekulasi di kalangan warganet, termasuk tudingan adanya praktik "titip uang" untuk mempercepat proses pembayaran pajak.

Kronologi Kejadian

Menurut keterangan resmi dari pihak Samsat Soreang, insiden bermula sekitar pukul 14.30 WIB di loket pembayaran Bank Jawa Barat (BJB), yang merupakan mitra pembayaran pajak kendaraan bermotor. Saat itu, seorang petugas kasir BJB sedang memproses berkas pembayaran pajak lima tahunan milik seorang wajib pajak yang sempat tertunda. Di waktu yang bersamaan, seorang warga lain yang sedang mengurus proses balik nama merasa bahwa dirinya telah disalip antreannya oleh orang lain.

Warga tersebut melihat berkas lain sedang diproses oleh petugas dan langsung berasumsi bahwa ada praktik "titip uang" kepada petugas demi mempercepat proses. Asumsi inilah yang kemudian memicu emosi dan memprovokasi warga lain yang merasa sudah menunggu lebih lama.

Bantahan Tuduhan dan Penjelasan Resmi

Analis Kebijakan P3DW Kabupaten Bandung 2 Soreang, Nunung Nurhayati, dengan tegas membantah tuduhan adanya praktik "titip uang". Ia menjelaskan bahwa berkas yang sedang diproses oleh kasir BJB adalah berkas perpanjangan lima tahunan yang sudah berproses sejak hari sebelumnya. Pembayaran berkas tersebut tertunda karena kekurangan dana, dan wajib pajak yang bersangkutan datang kembali pada hari Kamis untuk melunasi kekurangan tersebut tanpa melalui antrean reguler.

"Berkas yang diproses pembayarannya oleh kasir BJB adalah berkas perpanjangan 5 tahunan yang sudah berproses dari hari kemarin, tetapi karena kekurangan uang (ditunda), lalu datang lagi ke loket pada kemarin untuk melunasi seluruh pembayaran tersebut tanpa melalui antrean," ujar Nunung.

Eskalasi Ketegangan dan Penanganan Situasi

Penjelasan tersebut tampaknya tidak meredakan emosi warga. Ketegangan justru meningkat ketika warga lain mulai mempertanyakan sistem antrean dan menuduh petugas kasir melakukan praktik tidak adil. Petugas kasir bahkan menjadi sasaran teriakan dan bentakan dari beberapa wajib pajak yang merasa dirugikan.

Melihat situasi yang semakin tidak kondusif, pihak Samsat Soreang segera berkoordinasi dengan aparat kepolisian yang bertugas di lokasi. Polisi kemudian turun tangan untuk menenangkan warga dan mengendalikan situasi. Berkat kesigapan aparat kepolisian, situasi akhirnya berhasil diredam dan pelayanan di Samsat Soreang dapat kembali berjalan normal.

Permintaan Maaf dan Komitmen Perbaikan Layanan

Atas nama Samsat Soreang, Nunung Nurhayati menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang terjadi akibat insiden tersebut. Ia mengakui bahwa insiden ini merupakan bentuk miskomunikasi antara petugas dan masyarakat, terutama di tengah tingginya antusiasme warga untuk memanfaatkan program pemutihan pajak kendaraan bermotor yang sedang berlangsung.

"Dari kami, pertama-tama kami menghaturkan maaf atas kejadian kemarin. Sebagaimana diketahui, antusiasme masyarakat dalam program pemutihan ini sangat besar. Masyarakat yang datang sangat membeludak ke Samsat Soreang," kata Nunung.

Nunung juga menyampaikan komitmen Samsat Soreang untuk terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Ia berharap, ke depannya, kejadian serupa tidak terulang kembali dan masyarakat dapat merasa nyaman dan terlayani dengan baik di Samsat Soreang.

"Kami ke depannya akan memperbaiki kinerja layanan semaksimal mungkin demi tersukseskan program dari Gubernur," pungkas Nunung.