Mengungkap Misteri Fetish: Studi Kasus dan Penjelasan Ilmiah di Balik Fantasi Seksual yang Tidak Lazim
Menguak Tabir Fetish: Studi Kasus dan Analisis Psikologis di Balik Ketertarikan Seksual yang Aneh
Kasus seorang dokter residen anestesi dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) yang melakukan tindakan pemerkosaan terhadap keluarga pasien telah membuka diskusi mendalam mengenai fenomena fetish. Informasi yang diperoleh dari pihak kepolisian menunjukkan bahwa pelaku memiliki ketertarikan seksual yang tidak lazim, yaitu fetish terhadap orang yang tidak sadarkan diri atau pingsan.
Kombes Surawan, selaku Dirreskrimum Polda Jabar, mengungkapkan bahwa fantasi seksual pelaku terpusat pada kondisi korban yang tidak berdaya. Pernyataan ini memicu pertanyaan mendasar: Apa sebenarnya fetish itu? Mengapa seseorang bisa memiliki ketertarikan seksual yang dianggap 'tidak biasa'?
Secara definisi, fetish adalah ketertarikan seksual yang kuat terhadap objek, bagian tubuh, atau situasi yang umumnya tidak dianggap erotis. Objek tersebut bisa berupa benda mati seperti sepatu atau pakaian, bagian tubuh tertentu seperti kaki, atau kondisi tertentu. Keberadaan objek atau fantasi terkait fetish menjadi esensial bagi individu untuk mencapai kepuasan seksual, termasuk terangsang, ereksi, hingga orgasme.
Jenis-Jenis Fetish yang Umum
Sebuah penelitian mengungkap bahwa fetish paling umum melibatkan:
- Bagian tubuh (terutama kaki)
- Fitur tubuh (obesitas, tindik, tato)
- Cairan tubuh
- Ukuran tubuh
- Rambut
Mencari Akar Penyebab Fetish: Tinjauan Psikologis
Sayangnya, penyebab pasti munculnya fetish masih menjadi misteri. Para ahli perilaku seksual sepakat bahwa untuk memahami asal-usulnya, perlu menelusuri kembali pengalaman masa kanak-kanak individu yang bersangkutan. Pengalaman traumatis atau perilaku seksual yang tidak pantas di masa kecil dapat menjadi faktor pemicu.
"Fetish dapat muncul sebagai akibat dari pengalaman seksual yang tidak pantas selama masa kanak-kanak atau akibat pelecehan seksual," jelas psikiater Kenneth Rosenberg kepada WebMD.
Selain itu, faktor kepribadian juga berperan penting. Sebuah survei yang diterbitkan dalam Canadian Journal of Human Sexuality pada tahun 2014 menemukan bahwa individu yang terlibat dalam praktik BDSM cenderung lebih menyukai peran dominan, menunjukkan adanya korelasi antara preferensi seksual dan karakteristik kepribadian.
Pengalaman seksual di masa pubertas juga dapat berkontribusi pada perkembangan fetish. Masa ini merupakan periode penting dalam pembentukan identitas seksual, dan pengalaman yang terjadi selama periode ini dapat memiliki dampak jangka panjang.
Fetish: Gangguan atau Preferensi?
Penting untuk dicatat bahwa memiliki fetish tidak serta merta berarti memiliki gangguan mental. Fetish hanya dianggap sebagai masalah jika menyebabkan distress signifikan pada individu yang bersangkutan, mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan, atau membahayakan orang lain. Dalam kasus dokter residen yang melakukan pemerkosaan, fetish tersebut menjadi bagian dari perilaku kriminal yang merugikan dan membahayakan orang lain.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa fantasi seksual, terlepas dari seberapa 'tidak biasa' atau 'aneh'nya, harus tetap berada dalam ranah konsensual dan tidak melanggar hak orang lain. Pemahaman yang lebih mendalam tentang fetish, termasuk faktor-faktor yang memengaruhinya, penting untuk mencegah terjadinya tindakan kriminal dan membantu individu dengan fetish yang bermasalah untuk mencari bantuan profesional.