OJK Optimistis Ketahanan Ekonomi Indonesia Ungguli Turki dan India di Tengah Gejolak Global

Stabilitas Sektor Keuangan Indonesia Terjaga di Tengah Turbulensi Global

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) Indonesia tetap solid di tengah dinamika perekonomian global yang semakin kompleks. Keyakinan ini didasarkan pada fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan yang tepat sasaran, yang memungkinkan Indonesia untuk menavigasi ketidakpastian global dengan lebih baik dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi persnya, menyampaikan bahwa lembaga pemeringkat internasional seperti Moody's dan Fitch telah mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada level yang baik dengan outlook stabil. Hal ini mencerminkan kepercayaan pasar global terhadap ketahanan ekonomi Indonesia dan efektivitas kebijakan yang diambil untuk menjaga stabilitas sektor keuangan.

Perbandingan Ketahanan Ekonomi: Indonesia vs. Turki dan India

OJK menyoroti beberapa indikator utama yang menunjukkan keunggulan Indonesia dibandingkan negara-negara seperti Turki dan India dalam menghadapi tantangan ekonomi global:

  • Defisit Fiskal: Indonesia berhasil menjaga defisit fiskal pada level 2,29% dari PDB, jauh lebih rendah dibandingkan Turki (5,21%) dan India (7,8%). Defisit fiskal yang terkendali memberikan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah untuk merespons guncangan ekonomi.
  • Rasio Utang Luar Negeri terhadap PDB: Rasio utang luar negeri terhadap PDB Indonesia tercatat sebesar 30,42%, lebih baik dari Turki (43,9%) meskipun sedikit lebih tinggi dari India (19,3%). Tingkat utang yang moderat menunjukkan kemampuan Indonesia dalam mengelola kewajiban eksternalnya.
  • Neraca Transaksi Berjalan terhadap PDB: Indonesia mencatatkan surplus neraca transaksi berjalan sebesar 0,63% dari PDB, sementara Turki dan India mengalami defisit masing-masing sebesar 2,2% dan 1,1%. Surplus neraca transaksi berjalan menunjukkan daya saing ekspor Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada modal asing.

Prospek Ekonomi Global dan Domestik

Mahendra Siregar juga menyoroti divergensi dalam perekonomian global, dengan data ekonomi AS yang berada di bawah ekspektasi sementara Eropa dan Tiongkok menunjukkan kinerja yang lebih baik. Ketidakpastian kebijakan dan risiko geopolitik yang meningkat juga berkontribusi pada volatilitas pasar.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 menjadi 3,1% dan 3% pada tahun 2026, akibat meningkatnya hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga direvisi menjadi 4,9% pada tahun 2025, namun penurunan ini masih sejalan dengan negara-negara peer.

Di Amerika Serikat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV tercatat sebesar 2,4% secara kuartalan, namun diprediksi akan mengalami kontraksi pada kuartal I-2025. The Fed diperkirakan akan memangkas suku bunga sebanyak 1 hingga 2 kali pada tahun 2025.

Pemerintah Tiongkok telah meluncurkan stimulus untuk mendorong konsumsi, dan sisi permintaan menunjukkan indikasi perbaikan. Sementara itu, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) nasional Indonesia pada Maret 2025 terjaga sebesar 1,03% secara tahunan (yoy). Inflasi inti juga terkendali, menunjukkan permintaan domestik yang masih cukup baik.

Kewaspadaan Tetap Diperlukan

Walaupun OJK optimistis terhadap ketahanan ekonomi Indonesia, Mahendra Siregar menekankan perlunya kewaspadaan terhadap berbagai risiko global dan domestik. OJK akan terus memantau perkembangan ekonomi global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas SJK dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.