Tragedi Badai Petir di India Utara: Ratusan Nyawa Melayang dalam Sehari

Gelombang Badai Petir Maut Landa India Utara

Gelombang badai petir dahsyat menyapu wilayah utara India pada hari Jumat, 11 April 2025, meninggalkan duka mendalam dengan hilangnya nyawa sedikitnya 100 orang. Negara bagian Bihar menjadi yang paling terpukul, mencatat 82 korban jiwa, sementara Uttar Pradesh melaporkan 18 kematian.

Tragedi ini terjadi meskipun Departemen Meteorologi India (IMD) telah mengeluarkan peringatan dini akan potensi badai petir, menempatkan belasan negara bagian dalam status siaga kuning. Ironisnya, banyak korban jiwa justru terjadi di antara mereka yang beraktivitas di luar ruangan, terutama para petani yang sedang bekerja di ladang.

Di Distrik Barabanki, Uttar Pradesh, angin kencang dan petir datang secara tiba-tiba, memerangkap warga yang sedang berjuang mencari nafkah. Laporan media lokal mengindikasikan bahwa selain korban jiwa, sejumlah warga juga mengalami luka-luka dan kerusakan properti yang signifikan di berbagai wilayah terdampak.

Respon Pemerintah dan Tantangan Mitigasi

Pemerintah daerah telah mengimbau warga untuk tetap berada di dalam rumah dan mengikuti panduan keselamatan yang diberikan. Prakiraan cuaca menunjukkan bahwa badai dan hujan deras masih akan terus melanda wilayah tersebut dalam beberapa hari mendatang. Pemerintah Negara Bagian Bihar dan Uttar Pradesh telah mengumumkan kompensasi sebesar 400.000 rupee (sekitar Rp 75 juta) untuk keluarga korban meninggal dunia sebagai bentuk dukungan.

Namun, tragedi ini kembali menyoroti kerentanan India terhadap bencana alam, khususnya sambaran petir. Data Biro Catatan Kejahatan Nasional India mengungkapkan bahwa hampir 36 persen kematian akibat cuaca ekstrem disebabkan oleh petir. Dalam rentang waktu 1967 hingga 2020, lebih dari 101.000 nyawa telah melayang akibat fenomena alam ini.

Yang mengkhawatirkan, frekuensi petir terus meningkat dalam dekade terakhir. Para ilmuwan mengaitkan lonjakan ini dengan berbagai faktor, termasuk perubahan iklim, deforestasi, dan meningkatnya aktivitas manusia di luar ruangan.

"Udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan dan meningkatkan energi yang tersedia untuk badai. Dengan pemanasan permukaan tanah yang lebih intens, kita melihat konveksi yang lebih kuat dan penumpukan awan, yang dapat menyebabkan lebih banyak petir," jelas Mahesh Palawat, Wakil Presiden Meteorologi di Skymet Weather.

Sebuah studi dari Kementerian Ilmu Bumi India juga mencatat peningkatan aktivitas petir lebih dari 30 persen dalam periode 2020 hingga 2022.

Upaya Mitigasi dan Kesenjangan Akses

Pemerintah India telah berupaya mengurangi risiko petir melalui berbagai inisiatif, seperti kampanye Lightning Resilient India dan aplikasi Damini yang memberikan peringatan petir secara real-time. Namun, akses terhadap teknologi ini masih terbatas, terutama di daerah pedesaan yang justru paling rentan.

Hujan deras yang menyertai badai membawa sedikit kelegaan bagi warga di wilayah utara India yang tengah bergelut dengan suhu tinggi. IMD memperkirakan penurunan suhu antara 3-5 derajat Celsius dalam tiga hari ke depan, meskipun suhu panas diperkirakan akan kembali meningkat setelahnya.

Wilayah Bihar diperkirakan masih akan diguyur hujan dan badai, terutama di Distrik Madhubani, Darbhanga, Champaran Timur dan Barat, Gaya, Supaul, Sitamarhi, dan Patna. Warga diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti panduan keselamatan yang diberikan oleh pihak berwenang.

Daftar Wilayah yang diperkirakan akan terjadi Hujan dan Badai di Bihar:

  • Madhubani
  • Darbhanga
  • Champaran Timur
  • Champaran Barat
  • Gaya
  • Supaul
  • Sitamarhi
  • Patna

Langkah Antisipasi dan Peringatan Dini

Masyarakat diimbau untuk terus memantau perkembangan informasi cuaca dari sumber-sumber terpercaya dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dan keluarga dari bahaya badai petir. Peningkatan kesadaran dan akses terhadap sistem peringatan dini menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan mencegah jatuhnya korban jiwa di masa depan.