BMKG Kerahkan Tim Khusus Modifikasi Cuaca 24 Jam Cegah Banjir Jabodetabek

BMKG Kerahkan Tim Khusus Modifikasi Cuaca 24 Jam Cegah Banjir Jabodetabek

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberlakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) selama 24 jam penuh untuk meminimalisir potensi bencana banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Langkah antisipatif ini diambil berdasarkan analisa data dan prediksi cuaca terkini yang menunjukkan potensi curah hujan tinggi di wilayah tersebut. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dan presisi dalam pelaksanaan OMC. Setiap intervensi, tegasnya, harus didasari data akurat untuk menghindari dampak negatif atau bahkan memperparah kondisi cuaca di daerah lain. Demi memastikan hal tersebut, BMKG menurunkan tim khusus yang bertugas penuh selama 24 jam untuk melakukan pemantauan dan analisis data secara real-time.

Tim khusus ini tidak hanya menyediakan data cuaca, tetapi juga merancang strategi operasi, menentukan titik lokasi penyemaian, dan memantau efektivitas intervensi secara langsung. Keputusan kapan dan di mana pesawat akan terbang, jenis bahan yang digunakan, semuanya ditentukan berdasarkan data meteorologi terbaru dan perhitungan ilmiah yang terukur. Dwikorita menjelaskan bahwa OMC bukanlah sekadar penyemaian awan dengan garam, melainkan proses kompleks yang membutuhkan pemodelan atmosfer yang akurat. Efektivitas OMC, tambahnya, sangat bergantung pada ketepatan waktu dan lokasi penyemaian, sehingga potensi hujan dapat dikurangi secara efektif dan terukur.

Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto, menambahkan bahwa operasi modifikasi cuaca ini telah dimulai sejak tanggal 5 Maret 2025 dan direncanakan berlangsung hingga 8 Maret 2025, atau sesuai dengan perkembangan prediksi cuaca terbaru. Fokus utama operasi ini adalah mengurangi intensitas curah hujan di daerah aliran sungai Ciliwung dan Cisadane, mulai dari hulu di Bogor hingga hilir di Jakarta dan Bekasi. Strategi yang dijalankan meliputi dua pendekatan: menginduksi hujan di atas laut sebelum mencapai daratan dan menghambat pertumbuhan awan di daratan untuk mengurangi curah hujan.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya, Seto menjelaskan bahwa OMC mampu mengurangi curah hujan hingga 30-60 persen pada awan hujan yang cukup masif. Harapannya, upaya ini dapat secara signifikan menekan risiko banjir di wilayah Jabodetabek. Keberhasilan operasi ini, selain faktor teknis, juga bergantung pada koordinasi antar-lembaga yang solid dan partisipasi aktif masyarakat dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Koordinasi yang baik dan kesiapsiagaan masyarakat akan meminimalisir dampak buruk yang mungkin terjadi. BMKG berkomitmen untuk terus memantau situasi dan melakukan penyesuaian strategi sesuai perkembangan kondisi cuaca terkini untuk memastikan keselamatan dan keamanan masyarakat.

Berikut ringkasan strategi OMC BMKG:

  • Pemantauan 24 Jam: Tim khusus memantau dan menganalisis data atmosfer secara real-time.
  • Penentuan Lokasi dan Waktu: Lokasi dan waktu penyemaian ditentukan berdasarkan data meteorologi terkini dan perhitungan ilmiah.
  • Pendekatan Dua Arah: Induksi hujan di atas laut dan penghambatan pertumbuhan awan di daratan.
  • Koordinasi Antar Lembaga: Kerja sama antar lembaga terkait untuk memastikan efektivitas operasi.
  • Kesiapsiagaan Masyarakat: Peran penting masyarakat dalam mengurangi dampak bencana.