Dilema Kebijakan Tarif Trump: Antara Janji Pemulihan dan Realitas Pahit Ekonomi
Kebijakan tarif impor yang digagas Presiden Donald Trump menuai kontroversi dan perdebatan sengit. Trump berulang kali menyatakan bahwa kebijakan ini, meskipun terasa pahit di awal, akan menjadi obat mujarab bagi perekonomian Amerika Serikat dan mengembalikan kejayaan negara tersebut. Namun, efektivitas kebijakan ini dipertanyakan, dengan kekhawatiran bahwa dampaknya justru akan membebani rakyat Amerika sendiri.
Bagi Indonesia, perang dagang dan perang tarif yang dipicu oleh Trump menghadirkan tantangan tersendiri. Kebijakan proteksionis ini berpotensi mengganggu stabilitas ekonomi global dan berdampak negatif pada kinerja ekspor Indonesia. Di sisi lain, Indonesia juga dapat mengambil pelajaran berharga dari situasi ini untuk memperkuat daya saing dan kemandirian ekonomi.
Pelajaran Penting bagi Indonesia dalam Menghadapi Perang Dagang:
-
Berani Keluar dari Zona Nyaman: Mentalitas memanjakan anak dengan alasan 'biar kami saja yang menderita' harus diubah. Generasi muda perlu memahami realitas perjuangan ekonomi dan didorong untuk mandiri serta berinovasi.
-
Fokus pada Penyelesaian Pekerjaan Rumah: Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, termasuk masalah korupsi, penegakan hukum yang lemah, dan polarisasi sosial. Pemerintah perlu fokus menyelesaikan masalah-masalah ini untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan meningkatkan daya saing bangsa.
-
Membangun Kepercayaan Diri Melalui Perbaikan Berkelanjutan: Konsep 'Kaizen' dari Jepang, yang menekankan perbaikan terus-menerus, relevan untuk diterapkan di Indonesia. Perbaikan harus dimulai dari individu, kemudian meluas ke seluruh elemen masyarakat dan pemerintahan.
Contoh sukses Uni Emirat Arab (UEA) dalam mendiversifikasi ekonomi dan membangun infrastruktur modern patut dicontoh. UEA berhasil mengurangi ketergantungan pada minyak dan mengembangkan sektor pariwisata yang maju pesat. Kepercayaan UEA terhadap orang asing juga menjadi faktor penting dalam menarik investasi dan tenaga kerja berkualitas.
Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, Presiden UEA, menegaskan bahwa kedaulatan dan keamanan UEA adalah prinsip fundamental yang tidak akan dikompromikan. UEA menjalin persahabatan dengan negara-negara yang memiliki nilai-nilai yang sama, yaitu hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati.
Thomas, seorang ekspatriat yang lama tinggal di Sharjah, UEA, merasa betah karena transportasi mudah, tidak ada gangguan dalam berbisnis, dan lingkungan yang aman. Hal ini menunjukkan bahwa keramahan dan keterbukaan terhadap orang asing dapat menciptakan lingkungan yang menarik bagi investor dan tenaga kerja.
Indonesia perlu berbenah diri untuk meningkatkan daya saing dan menarik investasi. Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan membangun infrastruktur yang memadai. Dengan kerja keras dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat menyusul UEA dan negara-negara maju lainnya.
Kebijakan tarif Trump, yang diibaratkan sebagai 'pil pahit', harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk melakukan introspeksi dan berbenah diri. Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat ekonomi dan meningkatkan daya saing di pasar global. Hanya dengan begitu, Indonesia dapat menghadapi tantangan perang dagang dan meraih kemajuan di masa depan.
Xavier Quentin Pranata Kolumnis