Kenaikan Tarif Impor Picu Tesla Hentikan Penjualan Model S dan X di China

Tesla Hentikan Pemesanan Model S dan X di China Akibat Tarif Impor

Produsen mobil listrik terkemuka, Tesla, Inc., dikabarkan menghentikan sementara penerimaan pesanan untuk dua model mewahnya, Model S dan Model X, di pasar Tiongkok. Keputusan ini diduga kuat sebagai respons terhadap kebijakan baru pemerintah Tiongkok yang menaikkan tarif impor untuk barang-barang asal Amerika Serikat secara signifikan.

Langkah ini cukup mengejutkan mengingat Tesla baru saja membuka kembali pemesanan kedua model tersebut pada akhir Maret lalu. Meskipun opsi pemesanan telah ditarik dari situs web resmi Tesla di Tiongkok, beberapa unit Model S dengan stok terbatas, terutama yang berwarna putih, masih tersedia untuk dijual dengan harga 759.900 yuan atau sekitar 103.800 dollar AS. Nilai ini setara dengan kurang lebih Rp 1,6 miliar dengan kurs saat ini.

Kenaikan tarif impor secara drastis menjadi penyebab utama perubahan strategi Tesla di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok mengumumkan kenaikan tarif impor untuk semua produk asal AS menjadi 25%, efektif mulai 12 April. Sebelumnya, tarif yang berlaku hanya sebesar 20%. Dampak langsung dari kenaikan ini adalah peningkatan harga jual Model S dan Model X secara signifikan, yang membuat kedua model tersebut menjadi kurang kompetitif di pasar otomotif Tiongkok.

Sejauh ini, perwakilan Tesla di Tiongkok belum memberikan pernyataan resmi terkait penghentian pemesanan ini. Namun, pasar modal merespons negatif berita ini, dengan saham Tesla yang langsung mengalami penurunan sebesar 2,6% dalam sesi pra-pembukaan perdagangan. Seorang analis Wall Street bahkan menurunkan target harga saham Tesla, memicu kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut akan menjadi korban dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Pasar Tiongkok merupakan pasar yang sangat penting bagi Tesla. Tahun lalu, penjualan di Tiongkok menyumbang sekitar seperlima dari total pendapatan global perusahaan. Namun, saat ini, pabrik Tesla di Shanghai hanya memproduksi Model 3 dan Model Y, yang sebagian besar dipasarkan di dalam negeri dan sebagian kecil diekspor ke negara-negara Asia lainnya. Model S dan Model X sendiri hanya diproduksi di pabrik Tesla di Fremont, California, sehingga sepenuhnya bergantung pada impor.

Menurut data dari Pusat Penelitian dan Teknologi Otomotif Tiongkok, penjualan Model S dan Model X di Tiongkok masih tergolong kecil, yaitu kurang dari 2.000 unit sepanjang tahun 2024. Sebagai perbandingan, penjualan Model 3 dan Model Y mencapai sekitar 661.820 unit. Meskipun kontribusi kedua model mewah tersebut relatif kecil, penghentian penjualannya tetap merupakan pukulan bagi Tesla, terutama mengingat Tiongkok merupakan pasar otomotif terbesar di dunia.

Lebih lanjut, pabrik Tesla di Shanghai mengalami penurunan volume produksi selama enam bulan berturut-turut. Pengiriman kendaraan juga mengalami penurunan sebesar 22% pada kuartal pertama tahun ini. Persaingan di pasar mobil listrik Tiongkok semakin ketat, dengan munculnya BYD Co. sebagai merek mobil terlaris, yang terus mengancam dominasi Tesla.

Keputusan Tesla untuk menghentikan pemesanan Model S dan Model X di Tiongkok mengindikasikan betapa sensitifnya bisnis otomotif terhadap perubahan kebijakan perdagangan. Kenaikan tarif impor telah memaksa Tesla untuk mengambil langkah strategis untuk melindungi profitabilitasnya di pasar yang sangat penting ini. Dampak jangka panjang dari keputusan ini terhadap pangsa pasar dan pendapatan Tesla di Tiongkok masih perlu dilihat.

Daftar Poin Penting:

  • Tesla menghentikan pemesanan Model S dan X di China.
  • Alasan utama adalah kenaikan tarif impor dari AS ke China.
  • Penjualan Model S dan X di China relatif kecil dibandingkan Model 3 dan Y.
  • Tesla menghadapi persaingan ketat dari merek lokal seperti BYD.
  • Keputusan ini berpotensi mempengaruhi pendapatan Tesla di pasar China.