Xi Jinping: Ketahanan Ekonomi Tiongkok Bagaikan Samudra Hadapi Badai Perdagangan Global
Ekonomi Tiongkok Diibaratkan Samudra oleh Xi Jinping: Mampu Bertahan di Tengah Gempuran Badai Perdagangan
Presiden Tiongkok, Xi Jinping, menggunakan metafora yang kuat untuk menggambarkan ketahanan ekonomi negaranya di tengah gejolak perdagangan global. Dalam pidatonya pada pembukaan China International Import Expo pertama, yang kini kembali viral melalui unggahan media sosial Kedutaan Besar Tiongkok di Indonesia, Xi Jinping menyatakan bahwa ekonomi Tiongkok bagaikan samudra luas yang mampu menghadapi berbagai guncangan.
"Ekonomi Tiongkok bukanlah kolam, melainkan lautan," tegas Xi Jinping. "Lautan mungkin mengalami hari-hari tenang, tetapi angin kencang dan badai adalah hal yang wajar dan telah diantisipasi." Analogi ini menekankan bahwa fluktuasi dan tantangan adalah bagian tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi, terutama bagi negara sebesar Tiongkok. Dia juga menambahkan tanpa adanya angin kencang dan badai, lautan tidak akan menjadi seperti sekarang.
Pernyataan ini muncul di tengah perang dagang yang berkepanjangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat. Ketegangan ekonomi antara kedua negara adidaya ini dimulai sejak 2017, ketika pemerintahan Presiden Donald Trump berupaya menekan defisit perdagangan dengan menaikkan tarif impor barang-barang dari Tiongkok secara signifikan, mencapai 145 persen. Tiongkok merespons dengan tindakan balasan, menaikkan tarif impor untuk produk-produk AS hingga 125 persen.
Implikasi Metafora Samudra bagi Ekonomi Tiongkok
Metafora samudra yang digunakan Xi Jinping memiliki beberapa implikasi penting:
- Skala dan Kedalaman: Samudra melambangkan skala ekonomi Tiongkok yang sangat besar dan kompleks, serta kedalaman sumber daya yang dimilikinya. Ini menunjukkan bahwa Tiongkok memiliki kapasitas untuk menyerap guncangan dan beradaptasi dengan perubahan.
- Ketahanan: Lautan, meskipun diterpa badai, tetap ada. Ini mencerminkan keyakinan Xi Jinping akan ketahanan ekonomi Tiongkok dalam menghadapi tantangan eksternal.
- Pengalaman: Xi menekankan bahwa Tiongkok telah melewati 5.000 tahun cobaan dan kesengsaraan, semakin memperkuat argumen tentang kemampuan adaptasi dan ketahanan negara tersebut.
Perang Dagang AS-Tiongkok: Dampak dan Prospek
Perang dagang antara AS dan Tiongkok telah berdampak signifikan pada ekonomi global, termasuk:
- Gangguan Rantai Pasokan: Tarif impor yang tinggi telah mengganggu rantai pasokan global, memaksa perusahaan untuk mencari sumber alternatif atau merelokasi produksi.
- Inflasi: Kenaikan harga barang-barang impor telah berkontribusi pada inflasi di beberapa negara.
- Ketidakpastian Ekonomi: Ketegangan perdagangan telah menciptakan ketidakpastian bagi bisnis dan investor, menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Meskipun ada tanda-tanda mereda dalam beberapa waktu terakhir, perang dagang AS-Tiongkok masih menjadi perhatian utama bagi ekonomi global. Resolusi yang berkelanjutan akan sangat penting untuk memulihkan kepercayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Analogi Xi Jinping tentang ekonomi Tiongkok sebagai samudra yang tahan badai memberikan perspektif tentang bagaimana Tiongkok melihat dirinya dalam lanskap ekonomi global yang bergejolak. Hal ini menggarisbawahi kepercayaan diri negara tersebut dalam kemampuannya untuk mengatasi tantangan dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi, bahkan di tengah ketidakpastian global.