Xi Jinping Gencar Diplomasi ASEAN di Tengah Pusaran Perang Dagang AS-China

Presiden China, Xi Jinping, akan melakukan lawatan penting ke tiga negara ASEAN, yaitu Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, pada pertengahan April 2025. Agenda diplomatik ini menjadi sorotan karena berlangsung di tengah eskalasi tensi perdagangan antara China dan Amerika Serikat. Kunjungan ini menandai perjalanan luar negeri pertama Xi Jinping di tahun 2025 dan dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat pengaruh regional Beijing serta merespons tekanan ekonomi dari Washington.

Fokus Kunjungan:

  • Vietnam: Sebagai negara pertama yang dikunjungi (14-15 April), Vietnam memegang peran penting dalam strategi diplomatik China. Pertemuan dengan Presiden Luong Cuong diharapkan dapat memperdalam kerja sama bilateral. Vietnam dikenal dengan "diplomasi bambu"-nya, yaitu kebijakan luar negeri yang berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan besar seperti China dan AS. Meskipun ada kekhawatiran terkait aktivitas China di Laut China Selatan, Vietnam juga menikmati hubungan ekonomi yang erat dengan China sebagai salah satu investor utama.
  • Malaysia: Kunjungan ke Malaysia (15-17 April) disambut baik oleh pemerintah setempat, yang melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan hubungan perdagangan. Investasi dan inisiatif ekonomi bersama kemungkinan akan menjadi agenda utama dalam pertemuan bilateral.
  • Kamboja: Kamboja (17 April) menjadi negara terakhir dalam lawatan Xi Jinping. Hubungan erat antara China dan Kamboja telah terjalin lama, terutama sejak era kepemimpinan Hun Sen. Investasi China di sektor infrastruktur Kamboja sangat signifikan. Meskipun hubungan Kamboja-AS mengalami pasang surut, China terus memperkuat kehadirannya secara diplomatik di negara tersebut.

Dinamika Perang Dagang dan Strategi China:

Lawatan Xi Jinping ke ASEAN dilakukan di tengah gejolak perdagangan global. Kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh AS telah berdampak pada negara-negara Asia Tenggara, termasuk Vietnam, Malaysia, dan Kamboja. China melihat ini sebagai kesempatan untuk mempererat solidaritas regional dan menawarkan alternatif kemitraan yang saling menguntungkan.

Selain kunjungan fisik, China juga aktif melakukan diplomasi melalui saluran virtual dan pertemuan bilateral. Menteri Perdagangan China, Wang Wentao, telah berdiskusi dengan perwakilan dari Uni Eropa, Malaysia, Arab Saudi, dan Afrika Selatan. Perdana Menteri Li Qiang juga terlibat dalam pembicaraan dengan Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, untuk membahas pentingnya menjaga sistem perdagangan global yang adil.

Implikasi Regional dan Global:

Kunjungan Xi Jinping ke ASEAN menunjukkan komitmen China untuk memperkuat posisinya di kawasan dan menawarkan narasi alternatif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Keberhasilan diplomasi ini akan bergantung pada kemampuan China untuk meyakinkan negara-negara ASEAN bahwa kemitraan dengan Beijing lebih stabil dan menguntungkan dibandingkan dengan tekanan dari perang dagang dengan AS.

Secara keseluruhan, lawatan ini menjadi ujian penting bagi pengaruh China di Asia Tenggara dan dampaknya terhadap konstelasi kekuatan global.