Anantya Kirana Terhanyut Emosi dalam Gala Premier 'Rumah Untuk Alie': Perjalanan Alie Sangat Menyentuh

Anantya Kirana Terhanyut Emosi dalam Gala Premier 'Rumah Untuk Alie': Perjalanan Alie Sangat Menyentuh

Jakarta, Indonesia – Anantya Kirana, pemeran utama dalam film drama keluarga berjudul 'Rumah Untuk Alie', tidak dapat menahan air matanya saat menyaksikan hasil akhir film tersebut untuk pertama kalinya. Momen emosional ini terjadi pada acara gala premier film yang diselenggarakan pada Jumat (11/4/2025) malam di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan.

Film yang diproduksi oleh Falcon Pictures dan disutradarai oleh Herwin Novianto ini, mengisahkan tentang perjalanan hidup Alie, seorang gadis muda yang harus menghadapi cobaan berat berupa kekerasan dan penolakan dari keluarganya sendiri setelah kehilangan ibunya. Tidak hanya di rumah, Alie juga menjadi korban perundungan di sekolah, menambah luka dan kesedihan dalam hidupnya. Namun, di tengah kesulitan tersebut, Alie menemukan kekuatan, keberanian, dan harapan untuk mencari tempat yang bisa dia sebut rumah.

"Saya benar-benar menangis saat menonton hasil akhirnya," ujar Anantya Kirana dengan mata berkaca-kaca. "Perjalanan Alie sangat menyentuh hati saya, bukan hanya sebagai seorang aktris, tetapi juga sebagai manusia. Saya merasa terhubung dengan karakternya dan semua emosi yang dia rasakan."

Anantya berharap bahwa film ini dapat menjadi suara bagi banyak anak di luar sana yang mengalami hal serupa namun terpaksa diam. "Saya rasa banyak anak di luar sana yang mengalami hal serupa dan diam. Lewat film ini, saya ingin menyuarakan suara mereka, memberikan mereka harapan, dan menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian," tambahnya.

Gala premier 'Rumah Untuk Alie' dihadiri oleh seluruh jajaran pemain utama, termasuk Rizky Hanggono, Tika Bravani, Dito Darmawan, Rafly Altama Putra, Andryan Didi, Faris Fadjar Munggaran, Sheila Kusnadi, dan Ully Triani. Sutradara Herwin Novianto dan penulis novel 'Rumah Untuk Alie', Len Liu, juga turut hadir untuk merayakan peluncuran film yang sangat dinantikan ini.

Rizky Hanggono, yang berperan sebagai ayah Alie, mengungkapkan bahwa peran ini menjadi tantangan tersendiri baginya. Ia merasakan adanya kemarahan dan luka yang mendalam dari karakter yang diperankannya. "Saya memerankan sosok ayah yang penuh kemarahan dan menyimpan luka yang tak selesai. Ini bukan karakter yang mudah dicintai, tapi penting untuk ditampilkan karena ini nyata. Saya ingin penonton merenung, bagaimana luka orang dewasa bisa melukai anak-anak yang tidak tahu apa-apa," jelas Rizky.

Herwin Novianto, sang sutradara, mengungkapkan bahwa 'Rumah Untuk Alie' adalah salah satu karya paling emosional yang pernah ia garap. Ia berharap film ini dapat menyentuh hati penonton dan memberikan dampak positif bagi masyarakat. "Kami ingin membawa penonton masuk ke dunia batin seorang anak yang terluka. Film ini bukan sekadar cerita tentang penderitaan, tapi juga tentang harapan. Saya berharap setelah menonton, orang tua bisa lebih mendengar, dan anak-anak merasa tidak sendirian," harap Herwin Novianto.

'Rumah Untuk Alie' dijadwalkan tayang di bioskop mulai 17 April 2025. Film ini tidak hanya menyajikan kisah yang kuat dan menyentuh, tetapi juga menjadi pengingat bahwa setiap anak layak untuk dicintai, dimengerti, dan dipeluk dalam kehangatan sebuah keluarga. Film ini juga menjadi salah satu bentuk kepedulian Falcon Pictures terhadap isu perundungan sebagai masalah sosial yang nyata di tengah masyarakat. Apalagi masih kerap terjadi kekerasan juga terjadi dalam rumah tangga dan korban hanya bisa diam.

Pemain dan Kru 'Rumah Untuk Alie':

  • Sutradara: Herwin Novianto
  • Produksi: Falcon Pictures
  • Pemain: Anantya Kirana, Rizky Hanggono, Tika Bravani, Dito Darmawan, Rafly Altama Putra, Andryan Didi, Faris Fadjar Munggaran, Sheila Kusnadi, Ully Triani.

Pesan Film:

  • Setiap anak layak dicintai dan dimengerti.
  • Kekerasan dan perundungan dapat meninggalkan luka mendalam.
  • Pentingnya keluarga sebagai tempat yang aman dan suportif.
  • Harapan dan keberanian dapat ditemukan bahkan di tengah kesulitan.
  • Anak-anak yang menjadi korban kekerasan sering kali hanya bisa diam.