Gencatan Senjata Dagang? Trump Rangkul Sekutu demi Tekan Ambisi Ekonomi China
Strategi Baru Gedung Putih: Membangun Front Persatuan Melawan Dominasi Ekonomi China
Setelah periode turbulensi hubungan diplomatik yang ditandai dengan tarif dan ancaman, pemerintahan Presiden Donald Trump dilaporkan tengah berupaya merangkul kembali sekutu-sekutu tradisional Amerika Serikat. Langkah ini diyakini sebagai upaya untuk memperkuat posisi tawar AS dalam menghadapi eskalasi persaingan dagang dengan Republik Rakyat Tiongkok.
Kabar ini muncul di tengah kekhawatiran yang meningkat tentang kebuntuan perundingan dagang antara Washington dan Beijing. Menteri Keuangan Scott Bessent mengindikasikan bahwa serangkaian perundingan bilateral dengan negara-negara mitra, termasuk Jepang, Korea Selatan, India, dan Vietnam, akan segera digelar. Tujuan utama dari perundingan ini adalah untuk membangun konsensus dan menyelaraskan strategi dalam menekan praktik perdagangan Tiongkok yang dianggap tidak adil.
"Semua negara datang ke meja perundingan dengan kesadaran akan kebutuhan untuk menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan dengan China," ujar Bessent, menekankan pentingnya front persatuan untuk mencapai tujuan tersebut. Pernyataan ini mengisyaratkan perubahan signifikan dalam pendekatan pemerintahan Trump, yang sebelumnya dikenal karena kebijakan unilateral dan retorika yang seringkali konfrontatif terhadap sekutu.
Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menanggapi pertanyaan media tentang potensi keraguan sekutu untuk bekerja sama dengan pemerintahan yang sebelumnya menerapkan kebijakan yang sama kerasnya terhadap teman maupun lawan. Leavitt menegaskan bahwa banyak negara sangat membutuhkan akses ke pasar Amerika Serikat. "Anda harus berbicara dengan sekutu kita yang menghubungi kita. Telepon terus berdering. Mereka telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa mereka membutuhkan Amerika Serikat, mereka membutuhkan pasar kita, mereka membutuhkan basis konsumen kita," kata Leavitt.
Namun, perubahan strategi ini memunculkan pertanyaan tentang konsistensi kebijakan luar negeri AS. Selama masa jabatannya, Trump berulang kali mengkritik Uni Eropa dan bahkan mengancam Kanada dan Meksiko dengan tarif yang tinggi, yang berpotensi melemahkan aliansi perdagangan Amerika Utara.
"Saya selalu mengatakan bahwa Uni Eropa dibentuk untuk benar-benar merusak Amerika Serikat dalam perdagangan," ujar Trump dalam beberapa kesempatan.
Wakil Presiden JD Vance juga secara terbuka menyatakan ketidaksukaannya terhadap Eropa, memperburuk ketegangan transatlantik. Perdana Menteri Kanada, Mark Carney, bahkan menyatakan bahwa hubungan tradisional negaranya dengan Washington telah mencapai titik akhir.
Berikut adalah poin-poin penting dari situasi ini:
- Perubahan Strategi: Pemerintahan Trump mengindikasikan upaya membangun aliansi dengan sekutu untuk menekan China dalam isu perdagangan.
- Perundingan Bilateral: Serangkaian perundingan dengan Jepang, Korea Selatan, India, dan Vietnam direncanakan.
- Kebutuhan Pasar AS: Gedung Putih mengklaim bahwa sekutu membutuhkan akses ke pasar dan konsumen AS.
- Ketegangan Masa Lalu: Kebijakan Trump sebelumnya telah merusak hubungan dengan sekutu, termasuk Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko.
- Konsistensi Kebijakan: Perubahan strategi menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi dan kredibilitas kebijakan luar negeri AS.
Meskipun demikian, gagasan untuk membangun front persatuan guna mengubah praktik perdagangan Tiongkok secara luas dipandang sebagai langkah positif. Pertanyaannya sekarang adalah apakah pemerintahan Trump dapat mengatasi keraguan sekutu dan membangun kembali kepercayaan yang telah hilang, serta apakah strategi baru ini akan membuahkan hasil dalam meredakan ketegangan perdagangan global.