Kebijakan Tarif Trump Picu Kekhawatiran Global: AHY Soroti Potensi Konflik dan Pergeseran Kekuatan

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan kekhawatiran mendalam mengenai implikasi kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam diskusi yang diselenggarakan oleh TYI dengan tajuk "Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global" yang berlangsung di Grand Sahid Jaya, Jakarta, AHY menyoroti potensi dampak luas kebijakan ini, tidak hanya pada bidang ekonomi, tetapi juga pada stabilitas geopolitik global.

AHY menekankan bahwa kebijakan proteksionisme perdagangan yang diambil oleh AS dapat memicu resesi global. Kenaikan tarif impor secara signifikan berpotensi mengganggu rantai pasokan global, meningkatkan biaya produksi, dan pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Dampak ini, menurut AHY, bukanlah sekadar isu ekonomi, melainkan juga dapat merembet ke sektor keamanan dan stabilitas politik.

"Kenaikan tarif ini jelas akan berdampak baik ke pasar keuangan maupun sektor riil, dampaknya risiko resesi global di tahun ini meningkat tajam," tegas AHY dalam paparannya.

Lebih lanjut, AHY memperingatkan bahwa kebijakan Trump dapat memicu polarisasi global. Negara-negara yang merasa dirugikan oleh kebijakan tarif berpotensi membentuk aliansi baru untuk melawan dominasi ekonomi AS. Hal ini dapat memicu fragmentasi ekonomi dan politik, serta meningkatkan risiko konflik di berbagai kawasan.

"Unfortunately, this is not april mop, this in not a hoax. Ini adalah fakta baru dunia. Kebijakan sepihak AS ini tentu bisa membawa dunia menuju dua arah yang ekstrim," ucapnya.

AHY mengidentifikasi dua kemungkinan skenario ekstrem sebagai akibat dari kebijakan tarif Trump:

  • Perlawanan Kolektif: Negara-negara yang merasa dirugikan bersatu untuk mengurangi ketergantungan pada AS dan membentuk blok ekonomi alternatif. Skenario ini dapat memicu persaingan ekonomi dan geopolitik yang lebih intens.
  • Ketundukan: Negara-negara lain terpaksa mengikuti kebijakan AS karena ketergantungan ekonomi atau politik. Skenario ini dapat memperkuat dominasi AS, tetapi juga dapat memicu ketidakpuasan dan potensi konflik di kemudian hari.

AHY juga menambahkan:

"Apapun hasilnya satu hal yang pasti, kita menghadapi risiko fragmentasi, bukan hanya secara ekonomi tapi secara politik dan keamanan. Aliansi baru akan terbentuk. Polarisasi akan semakin tajam. Konflik lama berpotensi membesar dengan negara-negara besar saling berebut pengaruh," sebutnya.

Menutup paparannya, AHY menyerukan kesiapsiagaan global terhadap skenario terburuk, yaitu pecahnya konflik terbuka di berbagai wilayah akibat ketegangan ekonomi dan geopolitik yang dipicu oleh kebijakan tarif AS. "Kita semua harus bersiap dengan skenario terburuk yaitu pecahnya perang terbuka di sejumlah kawasan," pungkasnya.