Kisah Tukang Cukur Tradisional yang Bertahan di Tengah Gempuran Barbershop Modern
Yogyakarta – Di bawah rindangnya pohon beringin Alun-alun Utara Yogyakarta, Imanuddin (56) masih setia menawarkan jasa cukur rambut tradisional. Pria yang akrab disapa Udin ini telah menggeluti profesinya selama 22 tahun, tak tergoyahkan oleh maraknya barbershop modern yang bermunculan di kota tersebut.
Sejak tahun 2002, Udin memilih lokasi ini sebagai tempat mencari nafkah. Dengan peralatan sederhana dan tarif yang terjangkau, ia melayani pelanggan setianya. Filosofi Jawa 'semeleh' atau berserah diri menjadi prinsip hidup yang dipegang teguh dalam menjalankan usahanya.
Perjalanan Karir dari Nol
Sebelum menjadi tukang cukur, Udin menjalani berbagai pekerjaan serabutan:
- Bekerja sebagai pegawai di beberapa rumah makan
- Mencoba berbagai pekerjaan fisik lainnya
- Belajar memotong rambut secara otodidak
Di awal karirnya, Udin mengaku kesulitan dalam mengoperasikan alat cukur. "Dulu memotong rambut dua orang saja bisa menghabiskan waktu seharian," kenangnya sambil tersenyum. Kini, dengan pengalaman yang dimiliki, ia mampu menyelesaikan satu potongan rambut dalam waktu singkat.
Layanan dengan Harga Terjangkau
Udin menawarkan tarif yang sangat bersahabat:
- Rp 10.000 untuk cukur rambut di tempat
- Rp 25.000 untuk panggilan jarak dekat
- Rp 50.000 untuk panggilan jarak jauh
Tak hanya melayani pelanggan di Alun-alun, Udin juga sering mendapat panggilan ke rumah sakit atau panti jompo untuk memotong rambut pasien yang tidak bisa bepergian. "Biasanya yang stroke atau lansia," jelasnya.
Adaptasi dengan Zaman
Meski mempertahankan konsep tradisional, Udin melakukan beberapa penyesuaian:
- Beralih dari gunting manual ke mesin cukur bertenaga baterai
- Satu kali cas bisa untuk 25 kali pemakaian
- Tetap mempertahankan sentuhan personal dengan pelanggan
Tak hanya sekadar mencari nafkah, Udin juga rutin memberikan layanan cukur gratis di panti asuhan Gedong Kuning. "Ada sekitar 15 anak yang biasa saya potong rambutnya," ujarnya. Bagi Udin, berbagi rezeki adalah bagian dari rasa syukur atas kehidupan yang dijalaninya.