Eskalasi Ketegangan AS-China Picu Kekhawatiran SBY atas Dampak Krisis Global
Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah pemerintah AS memberlakukan tarif tambahan pada berbagai produk impor dari puluhan negara. Kebijakan ini dinilai semakin memperuncing persaingan ekonomi kedua raksasa dunia tersebut.
Merespons hal ini, mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan kembali pelajaran berharga dari krisis ekonomi global 2008-2009. Dalam sebuah forum diskusi yang digelar The Yudhoyono Institute di Jakarta, SBY menceritakan pengalamannya terlibat dalam berbagai pertemuan internasional untuk mencari solusi atas krisis waktu itu.
- Pada pertemuan G20 di London tahun 2009, terjadi perdebatan sengit antara perwakilan AS dan Uni Eropa mengenai pendekatan penanganan krisis
- AS cenderung memilih deregulasi pasar sebagai solusi
- Sementara Uni Eropa lebih mendorong reformasi struktural
"Saya waktu itu bertanya, mengapa harus memilih salah satu? Kenau tidak dilakukan keduanya sekaligus?" kenang SBY. Ia menekankan bahwa dampak krisis ekonomi selalu sulit dipulihkan dan membutuhkan biaya tinggi.
Mantan presiden kedua era reformasi ini menyatakan kekhawatirannya bahwa perang dagang AS-China berpotensi memicu berbagai masalah ekonomi global:
- Pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat
- Meningkatnya angka pengangguran secara global
- Inflasi yang tidak terkendali
- Dampak buruk terhadap negara-negara berkembang
Sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif, SBY mendorong pemerintah Indonesia untuk aktif berkontribusi dalam mencari solusi. "Kita mungkin memiliki keterbatasan, tetapi setidaknya bisa menyuarakan pemikiran untuk mencegah situasi semakin buruk," tegasnya.