Eskalasi Perang Dagang AS-China: Tarif Tinggi Ancam Stabilitas Pasar Global

Konflik perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China memasuki babak baru dengan penerapan tarif impor yang saling memberatkan. AS memberlakukan tarif sebesar 145% untuk seluruh produk asal China, sementara China membalas dengan tarif 125% untuk barang-barang impor dari AS. Kebijakan ini dinilai akan berdampak signifikan terhadap stok produk China di pasar AS dalam waktu dekat.

Menurut analisis ekonom Chatib Basri, kebijakan tarif tinggi tersebut berpotensi mengosongkan produk China dari pasar AS dalam kurun tiga bulan. "Biaya operasional yang harus ditanggung eksportir China akan melebihi margin keuntungan, sehingga mereka mungkin memilih untuk menarik produknya," ujarnya dalam sebuah diskusi panel di Jakarta. Ia juga memperingatkan dampak lanjutan seperti kelangkaan barang dan gejolak pasar mirip masa pandemi Covid-19.

Beberapa poin kritis yang perlu diperhatikan: - Dampak inflasi: Kebijakan proteksionis ini berisiko memicu kenaikan harga barang di AS - Respons The Fed: Bank sentral AS mungkin akan menunda penurunan suku bunga akibat tekanan inflasi - Penguatan dolar: Stabilitas mata uang global terancam jika dolar AS mengalami apresiasi signifikan - Strategi negosiasi: Kebijakan Trump dinilai sebagai bagian dari taktik Bayesian Game untuk memaksa negara lain berunding

Chatib menambahkan bahwa retaliasi China terhadap kebijakan AS dapat memperburuk situasi ekonomi global. "Jika kedua pihak terus bersikukuh dengan kebijakan mereka, kita mungkin menyaksikan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia," tegasnya.