Analis Ekonomi Global Peringatkan Dampak Kebijakan Tarif yang Tidak Stabil
Pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Dalio menyatakan bahwa ketidakstabilan kebijakan perdagangan ini berpotensi menimbulkan dampak lebih parah daripada resesi ekonomi biasa.
Dalio menekankan tiga isu kritis yang menjadi sumber kekhawatiran utama:
- Gangguan dalam rantai pasok global akibat kebijakan tarif yang berubah-ubah
- Peningkatan utang nasional AS yang mencapai level mengkhawatirkan
- Pergeseran kekuatan geopolitik yang mengancam tatanan ekonomi internasional pasca Perang Dunia II
"Kita sedang menyaksikan transisi dari sistem multilateral menuju era unilateralisme yang penuh ketegangan," ujar Dalio. Ia menjelaskan lima faktor utama yang membentuk lanskap ekonomi global saat ini:
- Dinamika ekonomi makro
- Konflik politik domestik
- Perubahan tatanan internasional
- Perkembangan teknologi
- Ancaman bencana alam
Meski mengakui tujuan positif di balik kebijakan tarif, Dalio mengkritik metode implementasinya yang dinilai kontraproduktif. "Cara penerapan yang tidak terkoordinasi justru memicu ketegangan perdagangan global," tegasnya.
Pemerintah AS baru-baru ini mengumumkan penangguhan sementara kebijakan tarif timbal balik selama 90 hari. Namun, tarif dasar 10% dan tarif khusus 145% untuk produk China tetap dipertahankan. Terdapat pengecualian untuk beberapa produk elektronik, meskipun tetap dikenakan tarif 20% yang berlaku sebelumnya.
Dalio melalui platform media sosial mendorong dialog konstruktif antara AS dan China untuk menciptakan kerangka perdagangan yang berkelanjutan. Salah satu rekomendasinya termasuk stabilisasi nilai tukar yuan terhadap dolar AS dan penanganan serius terhadap masalah utang kedua negara.
Dalam kesempatan terpisah, Dalio menyerukan reformasi fiskal di AS dengan menurunkan defisit anggaran hingga 3% dari PDB. "Tanpa langkah konkret, kita berisiko menghadapi krisis utang yang berdampak sistemik," pungkasnya.
Analis veteran ini juga memperingatkan potensi guncangan sistem moneter global yang bisa melebihi krisis 1971 atau 2008. Namun, ia menegaskan bahwa skenario terburuk masih dapat dihindari melalui kerjasama internasional dan kebijakan fiskal yang prudent.