Investasi Emas: Antara Kesadaran Finansial dan Tren FOMO

Harga emas yang terus meroket belakangan ini memicu antusiasme masyarakat untuk berinvestasi dalam logam mulia. Namun, para ahli keuangan mengingatkan agar tidak terburu-buru mengambil keputusan finansial hanya karena tren semata.

Menurut Mike Rini Sutikno, Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi, masyarakat sebaiknya tidak panik menghadapi kenaikan harga emas saat ini. Meskipun harga emas diprediksi akan terus mengalami kenaikan, fluktuasi harga tetap menjadi faktor yang tidak bisa diabaikan. "Masyarakat tidak perlu sampai mencairkan seluruh asetnya hanya untuk membeli emas. Investasi sebaiknya dilakukan secara rutin dan proporsional," jelas Mike.

Berikut perkembangan harga emas Antam dalam sepekan terakhir: - 8 April 2025: Rp 1.754.000/gram - 9 April 2025: Rp 1.812.000/gram - 10 April 2025: Rp 1.846.000/gram - 11 April 2025: Rp 1.889.000/gram - 12 April 2025: Rp 1.904.000/gram - 13 April 2025: Rp 1.964.000/gram

Antusiasme masyarakat terlihat jelas di berbagai gerai emas Antam. Sejak pagi buta, puluhan orang sudah mengantre di Butik Emas Antam Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan. Fenomena serupa terjadi di Pulogadung, di mana warga berbondong-bondong membeli emas untuk keperluan investasi.

Andy Nugroho, seorang Perencana Keuangan lainnya, melihat fenomena ini sebagai tanda positif meningkatnya literasi finansial masyarakat. "Dalam setahun terakhir, keuntungan investasi emas Antam mencapai 32,48%. Tidak mengherankan jika semakin banyak orang yang tertarik," ujarnya. Namun, Andy juga mengakui adanya unsur Fear of Missing Out (FOMO) dalam tren ini. "Ini adalah FOMO yang positif, selama masyarakat tetap bijak dalam berinvestasi," tambah Andy.

Para ahli sepakat bahwa meskipun emas merupakan instrumen investasi yang menjanjikan, keputusan finansial harus didasarkan pada perencanaan yang matang, bukan sekadar mengikuti tren.