Wabah Tikus Mengganas di Banyubiru: Ribuan Hektar Lahan Pertanian Terancam
Banyubiru, Kabupaten Semarang - Pemerintah setempat telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat meluasnya serangan hama tikus yang merusak puluhan hektar lahan pertanian. Selama periode Maret hingga April 2025, tercatat 44 hektar sawah mengalami kerusakan parah, dengan sebagian besar tanaman padi gagal panen.
Menurut Sri Anggoro Siswaji, Kepala Desa Banyubiru, serangan hama ini telah berlangsung selama hampir satu tahun terakhir. "Kondisi semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir, di mana kerusakan mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkapnya. Berbagai upaya pembasmian telah dilakukan, mulai dari metode tradisional hingga modern, namun belum menunjukkan hasil yang signifikan.
Berikut beberapa metode yang telah diterapkan: - Penggunaan burung hantu sebagai predator alami - Pemasangan perangkap listrik - Penyebaran rodentisida kimia
Namun, upaya tersebut terbentur pada beberapa kendala: - Kemampuan adaptasi tikus yang tinggi terhadap racun - Populasi predator alami yang menurun akibat perburuan liar - Migrasi koloni tikus antar wilayah
Wilayah terdampak terparah meliputi: - Desa Banyubiru - Kebondowo - Rowoboni - Bejalen - Jambu
Sebagai respons darurat, pemerintah desa berencana melaksanakan operasi pembasmian massal pada 20 April 2025 yang akan melibatkan seluruh kelompok tani di kawasan tersebut. "Kami membutuhkan koordinasi lintas wilayah karena tikus mampu bermigrasi dengan cepat," tegas Anggoro.
Salah seorang korban, Sarno, mengaku kehilangan hasil panen dari dua hektar sawahnya. "Ini kerugian besar bagi kami petani kecil. Tapi kami tidak punya pilihan selain terus bertahan," keluhnya. Situasi ini semakin diperparah dengan rusaknya ekosistem alami akibat berkurangnya predator tikus seperti ular dan musang.