Proses Seleksi Akademi Kader Bangsa Berjalan Lancar dengan Standar Ketat dan Pengawasan Multidisiplin

Proses seleksi akhir bagi calon siswa SMA Kemala Taruna Bhayangkara (KTB) yang diadakan oleh Akademi Kader Bangsa (AKB) telah berhasil diselenggarakan dengan standar profesional dan pengawasan berlapis. Menurut keterangan resmi dari Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Komjen Dedi Prasetyo, kesuksesan ini tidak lepas dari persiapan matang tim pelaksana yang menerapkan protokol ketat, termasuk koordinasi intensif dan sistem pengawasan multidisiplin.

Dedi menegaskan bahwa seluruh tahapan seleksi berjalan tanpa hambatan berarti. "Tim yang terlibat tidak hanya kompeten, tetapi juga telah dibekali pelatihan khusus untuk memahami nilai-nilai kebangsaan yang menjadi fondasi AKB," ujarnya. Selain itu, studi global yang dirujuk oleh Dedi menunjukkan bahwa keberhasilan seleksi siswa berbakat sangat bergantung pada kualitas penyelenggaraan dan keamanan lokasi. Laporan dari berbagai institusi ternama seperti OECD, University of Cambridge, dan Johns Hopkins University menyatakan bahwa 88% seleksi yang sukses didorong oleh tim panitia yang solid.

Berikut adalah beberapa langkah kunci yang diterapkan dalam seleksi ini: - Koordinasi dan Pengawasan Berlapis: Sistem ini memastikan setiap tahapan seleksi diawasi secara ketat. - Protokol Kesehatan Ketat: Termasuk posko kesehatan 24 jam dengan tenaga medis yang siap siaga. - Infrastruktur Ujian yang Memadai: Ruang ujian ber-AC dan menu makanan seimbang untuk peserta. - Protokol Darurat Jelas: Untuk meminimalisir risiko gangguan teknis dan medis.

Ketua YPKBI, M. Zaky Ramadhan, menambahkan bahwa pihaknya menyiapkan segala kebutuhan peserta seleksi, mulai dari akomodasi hingga transportasi khusus. Sementara itu, Wakil Ketua YPKBI, Devie Rahmawati, menyoroti pentingnya database terpusat dan tim multidisiplin untuk meningkatkan akurasi penilaian. "Pelatihan khusus untuk pewawancara dan koordinasi harian antardivisi telah terbukti meningkatkan kualitas seleksi," jelas Devie, merujuk pada riset dari Harvard Graduate School of Education.