Serangan Rudal Rusia di Sumy Tewaskan Puluhan Warga Sipil pada Hari Raya Katolik
SUMY — Sebuah serangan rudal balistik yang dilancarkan oleh pasukan Rusia mengguncang Kota Sumy, Ukraina, pada Minggu (13/4/2025) pagi. Insiden tersebut menewaskan setidaknya 34 orang dan melukai lebih dari 100 warga, termasuk puluhan anak-anak. Pusat kota yang terletak di wilayah timur laut Ukraina itu mengalami kerusakan parah akibat hantaman dua rudal balistik.
Saksi mata menggambarkan kepanikan yang terjadi di lokasi kejadian. "Orang-orang berlarian mencari tempat aman di tengah kobaran api dan mayat yang berserakan," ujar seorang saksi. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras serangan ini, menyebut pelakunya sebagai "sampah gila" yang tak berperikemanusiaan. Serangan ini terjadi bertepatan dengan perayaan Minggu Palma, hari raya penting bagi umat Katolik.
- Korban jiwa: 34 orang tewas, termasuk 2 anak-anak.
- Korban luka: 117 orang terluka, 15 di antaranya anak-anak.
- Kerusakan infrastruktur: 20 bangunan hancur, termasuk apartemen, universitas, dan pusat perbelanjaan.
Respons internasional terhadap serangan ini pun mengalir deras. Utusan khusus AS Keith Kellogg menyatakan serangan ini melampaui batas kemanusiaan. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengungkapkan belasungkawa dan menyerukan perdamaian. Intelijen militer Ukraina mengkonfirmasi bahwa Rusia menggunakan rudal Iskander-M/KN-23 dalam serangan ini.
Pemerintah Kota Sumy menetapkan masa berkabung selama tiga hari untuk menghormati para korban. Serangan ini merupakan yang kedua kalinya dalam sebulan terakhir yang menargetkan warga sipil. Sebelumnya, serangan di Kryvi Rig menewaskan 18 orang, termasuk 9 anak-anak. Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk mengambil tindakan lebih tegas, menegaskan bahwa diplomasi tak akan menghentikan rudal Rusia.
Pemimpin Eropa seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer turut mengutuk serangan ini. Kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyebutnya sebagai "tindakan biadab". Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengusulkan peningkatan bantuan pertahanan udara untuk Ukraina guna melindungi warga sipil dari serangan di masa depan.