Gunungkidul Hadapi Tantangan Serius dalam Pengelolaan Sampah Organik
Gunungkidul, Yogyakarta – Kabupaten Gunungkidul menghadapi persoalan serius dalam pengelolaan sampah, terutama jenis organik yang didominasi oleh sisa makanan dan bahan dapur. Data terbaru dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat menunjukkan bahwa 53% dari total sampah organik berasal dari aktivitas rumah tangga, mencerminkan pola konsumsi yang belum optimal.
Berdasarkan catatan DLH Gunungkidul, setiap individu menghasilkan rata-rata 0,49 kilogram sampah per hari. Dengan populasi mencapai 700.000 jiwa, akumulasi sampah harian menyentuh angka 380 ton. Mayoritas sampah tersebut tergolong organik (69%), dan lebih dari separuhnya merupakan limbah basah dari sisa makanan. "Ini adalah hasil pemantauan kami sepanjang 2024," tegas Kepala DLH Gunungkidul, Harry Sukmono.
Upaya Pengurangan dan Pengolahan Sampah
- Pengelolaan Mandiri: DLH mendorong warga memanfaatkan sampah organik untuk kompos atau pakan ternak. Namun, kendala lahan di wilayah perkotaan seperti Wonosari menghambat implementasinya.
- Kapasitas TPA: Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Wukirsari hanya mampu menampung 50 ton sampah per hari, sehingga sebagian besar sampah masih dikelola secara swadaya oleh masyarakat.
- Inisiatif Pengurangan Sampah: DLH menggalakkan pembatasan penggunaan plastik dan pengoptimalan porsi makanan untuk meminimalisir limbah.
Sosialisasi dan Regulasi
Pemerintah setempat gencar melakukan pendampingan di tingkat kelurahan untuk edukasi pengolahan sampah. "Di pedesaan, masyarakat lebih mudah mengadopsi praktik daur ulang karena ketersediaan lahan dan ternak. Tantangan lebih besar ada di perkotaan," papar Harry. DPRD Gunungkidul melalui Wakil Ketua Pansus Lingkungan Hidup, Ey Agustin, menekankan pentingnya sosialisasi dan regulasi yang lebih ketat untuk mengatasi persoalan ini.