Anggaran Rp 2,8 Triliun Diperlukan untuk Mitigasi Banjir di Bengkulu
Proyek Pengendalian Banjir di Bengkulu Butuh Dana Signifikan
Pemerintah melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWSS VII) mengungkapkan bahwa proyek pengendalian banjir di Bengkulu memerlukan anggaran mencapai Rp 2,8 triliun untuk menyelesaikan seluruh tahapan pembangunan. Saat ini, alokasi dana yang tersedia dari APBN baru mencapai Rp 100 miliar, yang akan difokuskan pada langkah-langkah awal mitigasi bencana.
Medya Ramdan, Kepala BWSS VII, menjelaskan bahwa banjir di Bengkulu kerap menimbulkan kerusakan parah, seperti pada peristiwa tahun 2019 dan 2020. "Dampaknya sangat besar, mulai dari kerugian material hingga gangguan aktivitas warga," ujarnya dalam sosialisasi rencana pembangunan pengendali banjir. Ribuan hektar lahan dan permukiman terdampak akibat luapan air yang tidak terkendali.
Rencana Teknis dan Prioritas Pembangunan
Dana sebesar Rp 100 miliar akan dialokasikan untuk beberapa proyek prioritas, antara lain:
- Peninggian tanggul banjir di sepanjang Jalan Irian setinggi 0,5 hingga 1,9 meter.
- Perbaikan sistem drainase dan pintu air (cross drain).
- Normalisasi saluran drainase kota.
- Pemasangan empat unit pompa air untuk mengalirkan air keluar dari kawasan permukiman.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi area terdampak banjir dari 1.500 hektar menjadi hanya 208 hektar. "Dengan sistem ini, air yang masuk ke kota akan ditahan oleh tanggul dan dipompa kembali ke sungai," jelas Medya.
Faktor Penyebab Banjir dan Dampaknya
Berdasarkan kajian BWSS VII, banjir di Bengkulu dipicu oleh dua faktor utama: peningkatan debit air dan sedimentasi sungai. Penyebab utamanya adalah berkurangnya tutupan lahan di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai seluas 456 km². Catatan BPBD menunjukkan bahwa banjir tahun 2019 merenggut 30 korban jiwa dan merusak ribuan rumah. Pada 2020, bencana serupa kembali terjadi dengan skala kerusakan yang hampir sama.