Peru Perpanjang Status Darurat Nasional Menyusul Eskalasi Kekerasan Bermotif Pemerasan
Pemerintah Peru resmi memperpanjang status keadaan darurat nasional selama 30 hari menyusul meningkatnya kasus kekerasan yang didalangi jaringan pemerasan terorganisir. Kebijakan ini merupakan kelanjutan dari status darurat yang telah berlaku sejak pertengahan Maret lalu, dengan melibatkan unsur militer untuk mendukung aparat kepolisian dalam operasi penegakan hukum.
Langkah ini diambil setelah tercatat lebih dari 450 kasus pembunuhan terkait pemerasan sejak awal tahun. Salah satu insiden yang memicu kebijakan tersebut adalah tragedi penembakan musisi ternama Paul Flores oleh sindikat pemeras yang menargetkan kalangan artis. Perpanjangan status darurat akan berlaku efektif mulai 17 April mendatang, mencakup wilayah metropolitan Lima dan kawasan pelabuhan Callao.
Dalam upaya menekan angka kriminalitas, pemerintah menerapkan sejumlah pembatasan ketat termasuk: - Larangan membonceng penumpang bagi pengendara sepeda motor - Kewenangan khusus bagi aparat untuk melakukan penggeledahan tanpa surat perintah - Pembatasan hak berkumpul untuk mencegah konsolidasi kelompok kriminal
Presiden Dina Boluarte menegaskan komitmen pemerintah dengan pernyataan tegas: "Setiap nyawa warga Peru adalah prioritas kami. Tidak akan ada toleransi terhadap aksi kriminal yang mengancam keamanan publik." Fenomena pemerasan bersenjata ini semakin mengkhawatirkan dengan diduga melibatkan jaringan geng transnasional seperti Tren de Aragua asal Venezuela yang dikenal beroperasi di berbagai negara Amerika Latin.