Menerima Takdir: Hikmah di Balik Ketidaksesuaian Harapan dan Jalan Hidup
Menerima Takdir: Hikmah di Balik Ketidaksesuaian Harapan dan Jalan Hidup
Menjalani hidup berarti berhadapan dengan berbagai takdir yang telah digariskan Allah SWT. Takdir ini meliputi berbagai aspek kehidupan, dari rezeki hingga cobaan. Seringkali, realita yang kita hadapi tak sesuai dengan harapan dan rencana yang telah kita susun. Bagaimana kita dapat menerima takdir tersebut dengan ikhlas dan menemukan hikmah di baliknya? Anggota Dewan Pengawas Syariah BTN, H. Muhammad Faiz, Lc, MA, atau yang akrab disapa Gus Faiz, memberikan pencerahan mengenai hal ini dalam sebuah kajian.
Gus Faiz menekankan pentingnya memiliki hati yang bersih dan tulus di hadapan Allah SWT ketika harapan dan cita-cita kita tak tercapai. Beliau menuturkan, “Guru saya mengajarkan agar hati kita selalu bersih kepada Allah saat harapan dan cita-cita tidak terealisasi sesuai takdir-Nya.” Sebagai ilustrasi, beliau menceritakan kisah seorang wartawan yang terlambat naik pesawat. Pesawat tersebut kemudian mengalami kecelakaan. Kejadian ini menyadarkan kita bahwa di balik keterlambatan dan ketidaksesuaian dengan rencana, terkadang terdapat perlindungan dan kebaikan yang Allah SWT tetapkan untuk hamba-Nya.
Lebih lanjut, Gus Faiz menjelaskan dua cara utama untuk belajar ikhlas menerima takdir. Pertama, senantiasa berbaik sangka kepada Allah SWT. Kita harus meyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik, meskipun manusia seringkali terbatas dalam memahami kebaikan tersebut karena terhalang oleh hawa nafsu. Gus Faiz menambahkan, “Hati manusia sangat istimewa, kuat dalam memahami takdir buruk dan lembut dalam merasakan takdir baik. Oleh karena itu, baik buruk jangan diukur dengan standar manusia, tetapi kembalikan kepada Allah SWT.” Ketidaksesuaian antara harapan dan takdir bukanlah penolakan, melainkan jalan yang Allah pilih untuk kita, mungkin melalui jalan yang berliku, melewati titik B dan C, sebelum mencapai tujuan akhir. Proses tersebut seringkali menyimpan hikmah tersembunyi yang akan kita temukan seiring berjalannya waktu.
Kedua, selalu bersyukur atas segala karunia Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Gus Faiz menegaskan, “Yang terbaik bukanlah hanya saat kita mencapai apa yang diinginkan, tetapi saat kita berdamai dengan takdir, melihat takdir sebagai karunia terindah dari Allah SWT.” Sikap syukur ini akan membantu kita menemukan kedamaian dan penerimaan atas segala hal yang terjadi dalam hidup kita. Puasa Ramadan, menurut Gus Faiz, menjadi momentum yang tepat untuk melatih kerendahan hati dan memandang takdir sebagai anugerah teragung dari Allah SWT.
Kesimpulannya, menerima takdir dengan ikhlas bukan berarti pasrah, melainkan sebuah proses pembelajaran untuk terus berbaik sangka kepada Allah SWT dan bersyukur atas segala karunia-Nya. Dengan demikian, kita dapat menemukan hikmah dan kebaikan di balik setiap peristiwa, bahkan di saat harapan dan rencana kita tak sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan. Kajian selengkapnya dapat disaksikan di [link video].