Inspektur Jenderal Polisi Sri Lanka Buron, Kepolisian Minta Bantuan Publik

Inspektur Jenderal Polisi Sri Lanka Buron, Kepolisian Minta Bantuan Publik

Kepolisian Sri Lanka menghadapi krisis kepercayaan yang signifikan menyusul pelarian Inspektur Jenderal Polisi (IGP) Deshabandu Tennakoon. Tennakoon, yang telah diterbitkan surat perintah penangkapannya, kini menjadi buronan setelah terlibat dalam operasi ilegal yang mengakibatkan tewasnya seorang polisi. Kegagalan Kepolisian dalam menangkap pemimpinnya sendiri telah memicu keprihatinan publik dan merusak citra institusi penegak hukum tersebut.

Juru bicara Kepolisian, Buddhika Manatunga, dalam konferensi pers di Kolombo pada Kamis (6/3/2025), mengakui situasi tersebut sebagai "masalah serius" dan mengumumkan imbauan kepada publik untuk memberikan informasi terkait keberadaan Tennakoon. "Kami memohon kepada seluruh masyarakat untuk berkontribusi dalam upaya penangkapan ini," ujar Manatunga. "Segala informasi, sekecil apapun, akan sangat membantu. Kami juga menegaskan bahwa tindakan menghalangi proses hukum, termasuk menyembunyikan Tennakoon, akan diproses secara hukum." Selain imbauan tersebut, larangan perjalanan ke luar negeri telah diberlakukan untuk mencegah Tennakoon melarikan diri.

Perintah penangkapan terhadap Tennakoon dikeluarkan pekan lalu menyusul tuduhan atas izinnya terhadap penggerebekan ilegal di sebuah hotel di Weligama pada tahun 2023. Operasi yang dilakukan oleh unit kepolisian dari Kolombo tersebut tanpa sepengetahuan kepolisian lokal, berujung pada baku tembak yang menewaskan seorang polisi dan melukai seorang lainnya. Ironisnya, penggerebekan tersebut tidak menemukan barang bukti narkoba seperti yang dituduhkan.

Pengangkatan Tennakoon sebagai Kepala Kepolisian Sri Lanka pada November 2023 telah menuai kontroversi sejak awal. Mahkamah Agung telah menonaktifkan dirinya sejak Juli 2024 menyusul gugatan yang diajukan, dan menunggu hasil persidangan. Kontroversi semakin bertambah dengan keputusan pengadilan tertinggi Sri Lanka sebelumnya yang menyatakan Tennakoon bersalah atas penyiksaan tersangka dalam tahanan, dan memerintahkan pembayaran kompensasi 500.000 Rupee Sri Lanka kepada korban. Perintah pengadilan ini, bagaimanapun, diabaikan oleh pemerintah saat itu.

Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai akuntabilitas dan integritas dalam tubuh Kepolisian Sri Lanka. Kepercayaan publik yang tergerus akan sulit dipulihkan tanpa penangkapan Tennakoon dan tindakan tegas terhadap mereka yang terlibat dalam pelanggaran hukum. Langkah-langkah yang diambil Kepolisian, termasuk imbauan kepada publik dan larangan perjalanan, menunjukkan keseriusan mereka dalam mengatasi krisis ini. Namun, keberhasilan upaya tersebut masih harus dilihat. Ke depan, reformasi internal dan peningkatan transparansi dalam Kepolisian Sri Lanka sangatlah krusial untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat.

  • Upaya penangkapan IGP Tennakoon masih terus berlanjut.
  • Kepolisian meminta bantuan publik untuk memberikan informasi.
  • Larangan perjalanan ke luar negeri telah diberlakukan terhadap Tennakoon.
  • Penggerebekan ilegal di Weligama telah mengakibatkan tewasnya satu polisi.
  • Tennakoon telah menghadapi berbagai tuduhan, termasuk penyiksaan dan pengabaian perintah pengadilan.
  • Kepercayaan publik terhadap Kepolisian Sri Lanka sedang dalam ujian.