Faktor Penghambat Kebangkitan Pasar Apartemen Jakarta di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Pasar apartemen di Jakarta masih menunjukkan tren stagnan di tengah berbagai upaya stimulasi pemerintah. Analis properti mengungkapkan bahwa rendahnya tingkat keuntungan (yield) investasi apartemen menjadi salah satu faktor utama yang membuat minat investor tetap lesu. Yield apartemen diperkirakan hanya mencapai 3,7% pada 2024, jauh di bawah instrumen investasi lain seperti obligasi (7%) dan deposito (5%).**
Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, menyatakan bahwa insentif PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) yang diharapkan mampu mendongkrak penjualan justru lebih berdampak signifikan pada sektor rumah tapak. "Tidak ada perubahan berarti di pasar apartemen meski dengan insentif fiskal," jelasnya dalam diskusi virtual Colliers belum lama ini.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi lesunya pasar apartemen:
- Rendahnya tingkat hunian apartemen sewa yang turun menjadi 56,8% di kuartal I-2025
- Kebijakan efisiensi pemerintah yang mengurangi permintaan sewa dari instansi
- Penundaan keputusan bisnis perusahaan akibat ketidakpastian ekonomi global
- Efek siklus libur Lebaran yang menunda aktivitas penyewaan baru
Data penjualan menunjukkan hanya 162 unit apartemen yang terjual pada kuartal pertama 2025, atau sekitar seperempat dari total penjualan tahun 2024 (688 unit). Ferry memprediksi pertumbuhan pasar akan tetap moderat dengan fokus developer pada penjualan unit yang sudah terbangun ketimbang meluncurkan proyek baru.
"Developer perlu lebih jeli membaca pasar dan membangun apartemen untuk kebutuhan hunian, bukan sekadar investasi," tegas Ferry. Ia menambahkan bahwa pasar sewa yang belum pulih membuat investasi apartemen tetap kurang menarik bagi kalangan investor.