Uni Eropa Sambut Positif Penangguhan Kebijakan Tarif Impor AS sebagai Upaya Pemulihan Ekonomi Global
BRUSSELS – Komisi Eropa menyambut baik keputusan pemerintah Amerika Serikat untuk menangguhkan rencana kenaikan tarif impor dalam beberapa sektor strategis. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menilai langkah ini sebagai sinyal positif bagi pemulihan stabilitas perdagangan internasional yang sempat tertekan akibat kebijakan proteksionis sebelumnya.
Dalam keterangan pers yang dirilis pada Kamis (10/4/2025), von der Leyen menekankan pentingnya kepastian regulasi bagi kelancaran rantai pasok global. "Kerangka perdagangan yang transparan dan konsisten menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," ujarnya. Pernyataan ini disampaikan menyusul pengumuman Gedung Putih yang menunda penerapan tarif baru selama 90 hari untuk berbagai komoditas, kecuali produk-produk asal Tiongkok.
Detail Kebijakan dan Respons Uni Eropa
- Penangguhan Tarif: AS mencabut sementara tarif tambahan sebesar 20% untuk impor barang industri dari Uni Eropa, termasuk otomotif.
- Pengecualian untuk Tiongkok: Tarif dasar 10% tetap berlaku untuk produk-produk impor dari Tiongkok.
- Sektor Masih Terdampak: Bea masuk baja dan aluminium dari Uni Eropa ke AS belum dicabut, memicu respons balasan melalui penyesuaian tarif oleh Brussels.
Uni Eropa menggarisbawahi komitmennya untuk melanjutkan dialog konstruktif dengan Washington guna menghindari eskalasi ketegangan perdagangan. "Kami tetap terbuka untuk opsi pembebasan tarif timbal balik, khususnya di bidang manufaktur," tambah von der Leyen. Di sisi lain, blok 27 negara itu juga mempercepat perluasan jaringan perdagangan dengan mitra strategis seperti India, sebagai bagian dari strategi diversifikasi yang mencakup 87% volume perdagangan dunia.
Langkah Strategis Uni Eropa
- Penguatan Pasar Tunggal: Meminimalisasi hambatan perdagangan internal.
- Ekspansi Kemitraan: Meningkatkan kerja sama dengan ekonomi non-tradisional.
- Antisipasi Proteksionisme: Menyiapkan mekanisme responsif terhadap kebijakan perdagangan eksternal.
Kebijakan terbaru AS ini dinilai sebagai momen krusial untuk meninjau ulang dinamika hubungan transatlantik, meskipun retorika keras dari Washington masih menjadi tantangan tersendiri bagi Brussels.