Tantangan Realisasi Program 3 Juta Rumah: Antara Harapan dan Kendala
Pemerintah terus berupaya mewujudkan Program 3 Juta Rumah, yang mencakup pembangunan rumah tapak dan hunian vertikal berbasis Transit-Oriented Development (TOD). Namun, hingga kuartal II 2025, realisasi program ini dinilai masih jauh dari target.
Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia, menyatakan bahwa progres program ini belum terlihat signifikan. "Seharusnya, pada April 2025, setidaknya satu juta unit rumah sudah selesai. Namun, kenyataannya masih sangat minim," ujarnya dalam Colliers Virtual Media Briefing. Ia juga menyinggung keterbatasan dana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang hanya mencakup 200-300 ribu unit, menimbulkan pertanyaan tentang sumber pendanaan tambahan.
Faktor Pendukung dan Tantangan - Konsep TOD: Dianggap sebagai solusi untuk menyediakan hunian terjangkau dengan akses transportasi yang memadai. Namun, masyarakat masih skeptis terhadap komitmen BUMN dalam menyelesaikan proyek tepat waktu. - Peran Swasta: Keterlibatan sektor swasta dinilai belum optimal, dengan banyak pihak yang belum puas dengan implementasi program saat ini.
Proyek Strategis yang Sedang Berjalan Perum Perumnas telah menyiapkan lahan seluas 1.575 hektare dengan potensi pembangunan 150.152 unit hunian. Salah satu proyek unggulan adalah Blok K Pulogebang, Jakarta Timur, yang akan terdiri dari enam tower dengan total 5.941 unit. Empat langkah strategis yang diambil meliputi: 1. Pengembangan kawasan perumahan skala besar. 2. Penataan kawasan kumuh secara vertikal. 3. Pembangunan hunian berbasis TOD. 4. Pengembangan hunian vertikal perkotaan.
Meski demikian, tanpa peningkatan signifikan dalam koordinasi dan pendanaan, target 3 juta rumah pada 2025 diprediksi sulit tercapai.