Perdagangan Kaltara Alami Ketimpangan: Ekspor Menurun Drastis, Impor Melambung Tinggi

Kalimantan Utara (Kaltara) mengalami ketimpangan signifikan dalam neraca perdagangan pada Februari 2025. Data terbaru menunjukkan ekspor nonmigas provinsi ini anjlok sebesar 17,35%, sementara impor justru melonjak hingga 268,50%. Kondisi ini menciptakan defisit neraca perdagangan sebesar USD 3,79 juta untuk bulan tersebut.

Penurunan ekspor terutama dipicu oleh merosotnya kinerja sektor pertambangan, yang turun 28,29% menjadi USD 51,04 juta. Meskipun sektor industri dan pertanian menunjukkan pertumbuhan positif masing-masing sebesar 30,89% dan 25,15%, hal ini tidak cukup untuk mengimbangi penurunan secara keseluruhan. Secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Februari 2025 hanya mencapai USD 200,94 juta, turun drastis 72,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Negara Tujuan Ekspor Utama:

  • Tiongkok: USD 38,56 juta
  • Filipina: USD 24,90 juta
  • India: USD 7,80 juta
  • Korea Selatan: USD 5,32 juta (turun 70,05%)
  • Malaysia: USD 4,03 juta

Di sisi lain, lonjakan impor didominasi oleh produk industri yang mencapai USD 94,23 juta (naik 270,62%). Tiongkok menjadi pemasok terbesar dengan nilai USD 73,67 juta, disusul oleh Singapura (USD 10,83 juta) dan Vietnam (USD 6,45 juta). Meskipun impor migas nihil, kenaikan impor nonmigas yang signifikan menimbulkan kekhawatiran akan ketergantungan pada produk luar negeri.

Secara kumulatif, neraca perdagangan Januari-Februari 2025 masih mencatat surplus USD 80,52 juta, meski turun 83,72% dari tahun sebelumnya. Tantangan utama bagi Kaltara saat ini adalah memulihkan kinerja ekspor, terutama di sektor pertambangan yang masih lesu, sambil menjaga keseimbangan perdagangan.