Pentingnya Evaluasi Psikologis dalam Rekrutmen Tenaga Medis Pasca Kasus Kekerasan Seksual

Bandung – Kasus dugaan kekerasan seksual yang melibatkan seorang dokter residen di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) memicu perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah. Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan, menekankan perlunya integrasi aspek psikologis dalam proses seleksi dan pembinaan tenaga medis.

Menurut Veronica, meskipun kompetensi akademis menjadi dasar utama dalam profesi kedokteran, faktor seperti etika, moral, dan empati tidak boleh diabaikan. "Kita perlu memastikan bahwa calon tenaga medis tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kematangan emosional dan psikologis yang memadai," ujarnya dalam keterangan pers di Mapolda Jawa Barat.

Berikut beberapa poin penting yang disoroti oleh Veronica: - Pemantauan Psikologis Rutin: Perlunya evaluasi berkala terhadap kondisi mental tenaga medis, terutama yang bekerja di lingkungan bertekanan tinggi. - Seleksi yang Komprehensif: Proses rekrutmen harus mencakup tes psikologis untuk mengukur ketahanan mental dan empati. - Pembinaan Berkelanjutan: Program pengembangan karakter dan etika profesi perlu diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan kedokteran.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Vini Adiani Dewi, menyatakan bahwa insiden ini harus menjadi pelajaran bagi seluruh institusi kesehatan. "Kami mendorong rumah sakit untuk memperketat pengawasan, terutama terhadap dokter residen yang masih dalam masa pelatihan," tegas Vini. Ia juga menambahkan bahwa kolaborasi antara pihak rumah sakit dan lembaga pendidikan kedokteran harus ditingkatkan untuk mencegah terulangnya kasus serupa.