Indonesia Kaji Peluang Investasi di Sektor Strategis Amerika Serikat
Jakarta – Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan langkah strategis untuk mendorong perusahaan domestik berinvestasi di Amerika Serikat (AS). Inisiatif ini merupakan bagian dari upaya diplomasi ekonomi guna menyeimbangkan kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan AS terhadap beberapa negara, termasuk Indonesia.
Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi, Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa sektor pertambangan dan energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas), menjadi salah satu bidang prioritas yang sedang dikaji. "Sektor migas memiliki potensi besar untuk dikembangkan, baik melalui pendirian perusahaan baru maupun kerja sama bisnis yang sudah ada," jelas Pasaribu dalam keterangannya di Jakarta.
Selain migas, sektor teknologi informasi (TI) juga menjadi fokus utama. Pemerintah melihat peluang kolaborasi dalam pengembangan riset dan inovasi, termasuk investasi di perusahaan-perusahaan berbasis kecerdasan buatan (AI) di AS. "Investasi di sektor TI, terutama AI, dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi penguatan kapasitas riset dalam negeri," tambah Pasaribu.
Berikut beberapa poin penting yang menjadi pertimbangan pemerintah: - Fleksibilitas investasi dengan adanya Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara. - Pengalaman BUMN yang telah berinvestasi di luar negeri sebagai referensi. - Potensi kerja sama di sektor energi dan teknologi.
Rencana ini akan dibahas lebih lanjut dalam pertemuan bilateral antara Indonesia dan AS yang dijadwalkan pada 16-23 April 2025 di Washington DC. Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan bahwa keputusan akhir akan disesuaikan dengan hasil negosiasi. "Kami belum dapat mengungkapkan detail perusahaan yang terlibat hingga pembicaraan resmi selesai," ujar Airlangga.