Kisah Pilu Para Sahabat Menghadapi Detik-detik Wafatnya Sang Nabi Terakhir

Detik-detik yang Mengguncang Umat Islam

Kota Madinah gempar pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah. Kabar duka tentang wafatnya Rasulullah SAW dalam usia 63 tahun menyebar bagai petir di siang bolong. Dua sahabat utama, Umar bin Khattab dan Abu Bakar ash-Shiddiq, menunjukkan reaksi yang menjadi catatan penting dalam sejarah Islam.

Reaksi Emosional Umar bin Khattab

  • Umar RA yang dikenal tegas dan berani justru menunjukkan penolakan psikologis terhadap berita wafatnya Nabi
  • Dengan pedang terhunus, ia bersikeras menyatakan Rasulullah hanya pergi sementara seperti Nabi Musa
  • Pernyataan kontroversialnya sempat membuat suasana menjadi tegang di antara para sahabat

Kedewasaan Abu Bakar ash-Shiddiq

  • Abu Bakar yang sedang berada di Sunh segera kembali ke Madinah setelah mendengar kabar duka
  • Dengan penuh hormat, ia mencium wajah Rasulullah yang telah terbujur kaku
  • Pidatonya yang legendaris berhasil meredakan ketegangan dan mengembalikan kesadaran para sahabat

Momen Pencerahan melalui Ayat Suci

Abu Bakar dengan bijak membacakan firman Allah dalam Surah Ali Imran ayat 144 yang intinya menyatakan:

"Muhammad hanyalah seorang Rasul yang telah didahului oleh rasul-rasul sebelumnya. Apakah jika ia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik mundur?"

Ayat ini bagai air dingin yang menyiram api emosi yang membara. Umar RA pun akhirnya jatuh lemas, menerima kenyataan pahit yang harus dihadapi umat Islam.

Duka yang Menyelimuti Madinah

Kesedihan melanda seluruh penjuru kota:

  • Ali bin Abi Thalib RA terdiam membisu
  • Abbas bin Abdul Muththalib mengeluhkan dunia yang terasa gelap
  • Tangisan para sahabiyah menggema di setiap sudut kota

Prosesi pemakaman dilakukan secara sederhana di kamar Aisyah RA, tempat Rasulullah menghembuskan nafas terakhir. Para sahabat bergantian menyalatkan jenazah tanpa imam tertentu, sebagai bentuk penghormatan terakhir.