Vape Bukan Solusi, Dokter Ungkap Strategi Efektif Berhenti Merokok

Vape kerap dianggap sebagai alternatif untuk menghentikan kebiasaan merokok, namun faktanya justru berisiko memperparah ketergantungan nikotin. Dokter spesialis paru, Dr. Erlina Burhan, memperingatkan bahwa penggunaan vape tidak terbukti secara medis sebagai metode berhenti merokok. Alih-alih membantu, alat ini malah meningkatkan risiko konsumsi ganda antara rokok konvensional dan vape.

"Vape mengandung zat berbahaya yang mirip dengan rokok tradisional, termasuk nikotin dan aerosol kimia. Tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan vape lebih aman," tegas Dr. Erlina. Penelitian terbaru menunjukkan, 60% pengguna vape justru kembali merokok atau mengonsumsi keduanya secara bersamaan. Hal ini memperbesar paparan toksin terhadap tubuh, terutama sistem pernapasan.

Metode Terbukti untuk Berhenti Merokok

Berikut strategi yang direkomendasikan para ahli:

  • Terapi Pengganti Nikotin (NRT): Plester, permen karet, atau tablet nikotin dosis terkontrol untuk mengurangi gejala withdrawal.
  • Konseling Behavioral: Identifikasi pemicu merokok melalui pendampingan psikolog atau terapis.
  • Dukungan Komunitas: Bergabung dengan kelompok seperti 'Quit Smoking Support Group' untuk motivasi bersama.
  • Intervensi Medis: Konsultasi ke dokter untuk program terpadu, termasuk obat resep seperti varenicline.
  • Modifikasi Gaya Hidup: Olahraga teratur dan teknik relaksasi untuk mengelola stres tanpa rokok.

Dr. Erlina menekankan, "Kunci utama adalah komitmen individu. Tanpa niat kuat, metode apa pun akan sulit berhasil." Ia juga memperingatkan agar tidak terjebak mitos bahwa vape atau produk tembakau alternatif lain bebas risiko. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, upaya berhenti merokok dengan NRT dan pendekatan medis memiliki tingkat keberhasilan 35% lebih tinggi dibandingkan cara non-ilmiah.