Frekuensi Menelan dalam 30 Detik Bisa Jadi Indikator Kesehatan yang Penting
Frekuensi menelan ternyata dapat menjadi penanda awal berbagai kondisi kesehatan, menurut temuan penelitian terkini. Tes sederhana yang mengukur jumlah menelan dalam waktu 30 detik tanpa rangsangan makanan atau minuman mampu mengungkap potensi gangguan kesehatan, mulai dari masalah neurologis hingga gangguan pencernaan.
Tes yang dikenal sebagai Repetitive Saliva Swallow Test (RSST) ini telah diuji pada 280 partisipan dengan rentang usia 20 hingga 90 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa mampu menelan sekitar 7 kali dalam 30 detik, dengan penurunan signifikan seiring bertambahnya usia. Berikut rincian temuan tersebut:
- Usia 20–30 tahun: Rata-rata 8,5 kali menelan
- Usia 50-an: Turun menjadi sekitar 7 kali
- Usia 60-an: Menurun lagi menjadi 6,7 kali
- Usia 80-an ke atas: Hanya mencapai 4,3 kali
Skor di bawah 3 kali menelan dalam 30 detik dianggap tidak normal dan dapat mengindikasikan masalah serius. Beberapa kondisi kesehatan yang sering dikaitkan dengan gangguan menelan meliputi:
- Gangguan Neurologis
-
Penyakit Parkinson dan multiple sclerosis dapat mengganggu sinyal otak yang mengatur proses menelan.
-
Kanker
-
Tumor di area tenggorokan atau kerongkongan sering menyebabkan disfagia (kesulitan menelan) akibat obstruksi atau kerusakan jaringan.
-
Masalah Pencernaan
- Refluks asam kronis dapat memicu iritasi kerongkongan, sehingga menimbulkan rasa nyeri saat menelan.
Meskipun kesulitan menelan kadang bersifat sementara—seperti saat radang tenggorokan—gejala yang menetap atau memburuk memerlukan evaluasi medis segera. Pemantauan mandiri dengan RSST dapat membantu deteksi dini, terutama bagi kelompok lanjut usia atau mereka dengan riwayat penyakit terkait.