Tantangan Global dalam Menurunkan Angka Perokok: Analisis dari Mantan Pakar WHO

Upaya global untuk mengurangi prevalensi merokok menghadapi tantangan kompleks yang belum terselesaikan. Mantan Direktur Penelitian WHO, Prof. Tikki Pangestu, mengidentifikasi tiga faktor utama yang menghambat penurunan angka perokok di berbagai negara, terutama di negara berkembang.

  1. Penolakan terhadap Pendekatan Pengurangan Risiko
    Kelompok anti-tembakau secara konsisten menentang strategi pengurangan bahaya tembakau, yang sebenarnya dapat menjadi solusi transisi bagi perokok. Kebijakan yang ada saat ini lebih berfokus pada pelarangan ketimbang memberikan alternatif yang lebih aman.

  2. Ketidaksetaraan Akses Informasi
    Negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah sering kali mengadopsi kebijakan WHO tanpa mempertimbangkan konteks lokal. Akibatnya, mereka kesulitan mengevaluasi manfaat produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau produk nikotin non-bakar.

  3. Misinformasi yang Meluas
    Banyak pemerintah dan organisasi kesehatan masih percaya bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan setara dengan rokok konvensional. Pandangan ini menghambat adopsi kebijakan berbasis bukti ilmiah.

Prof. Pangestu menekankan bahwa pendekatan bebas nikotin yang diusung kelompok anti-tembakau bersifat ideologis dan sulit dicapai. Sementara itu, pendekatan pengurangan dampak buruk justru menawarkan solusi pragmatis dengan memanfaatkan inovasi teknologi. Sayangnya, WHO dinilai mengabaikan bukti ilmiah tentang efektivitas produk alternatif tersebut. Di Indonesia sendiri, dengan 60 juta perokok aktif, isu ini menjadi semakin relevan mengingat dampak kesehatan dan ekonominya yang masif.