Indonesia Darurat Data Keanekaragaman Hayati: Upaya Menyelamatkan Spesies dari Kepunahan
Indonesia sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia menghadapi tantangan serius dalam pendataan dan konservasi spesies. Setiap hari, puluhan hingga ratusan spesies diperkirakan punah secara global, termasuk di Indonesia, di mana banyak hewan dan tumbuhan langka menghilang sebelum sempat diteliti secara mendalam. Burung gelatik jawa, manyar, dan jalak putih adalah contoh nyata spesies yang populasinya merosot drastis sebelum akhirnya punah tanpa dokumentasi yang memadai.
Krisis data biodiversitas menjadi penghambat utama upaya konservasi. Meskipun beberapa lembaga seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memiliki sejumlah data, informasi tersebut tersebar dan tidak terintegrasi. Akibatnya, upaya perlindungan keanekaragaman hayati menjadi tidak efektif. Kerusakan lebih dari dua juta hektare kawasan konservasi tanpa rencana restorasi yang jelas semakin memperparah situasi.
- Dampak minimnya data:
- Penurunan populasi satwa liar hingga 60% di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.
- Hilangnya varietas tanaman pangan lokal akibat kurangnya konservasi genetika.
- Hambatan pengembangan industri berbasis sumber daya hayati seperti farmasi dan bioteknologi.
BRIN sedang mengembangkan portal sistem informasi biodiversitas nasional yang diharapkan selesai pada 2025. Portal ini akan mengintegrasikan data spesies, habitat, genetik, dan publikasi ilmiah untuk membentuk big data keanekaragaman hayati. Namun, tantangan teknis seperti perbedaan format data dan kurangnya koordinasi antarinstitusi masih menjadi kendala utama.
Belajar dari Brasil, negara megadiverse lain yang telah berhasil membangun platform terintegrasi untuk pemantauan biodiversitas, Indonesia perlu memperkuat kolaborasi antarlembaga dan melibatkan masyarakat melalui citizen science. Tanpa langkah konkret, Indonesia berisiko kehilangan kekayaan hayati yang tak ternilai, termasuk spesies endemik seperti komodo, anggrek hitam, dan burung cenderawasih.