PLN Rencanakan Investasi Besar-besaran untuk Pengembangan Infrastruktur Listrik Berkelanjutan
PT PLN (Persero) mengumumkan rencana investasi senilai US$ 162 miliar atau setara Rp 2.721 triliun untuk memperkuat infrastruktur kelistrikan nasional. Investasi ini akan difokuskan pada pengembangan jaringan transmisi supergrid dan proyek-proyek energi terbarukan, menandai langkah besar menuju transisi energi bersih di Indonesia.
Direktur Manajemen Risiko PLN, Suroso Isnandar, mengungkapkan bahwa sekitar 36% dari total investasi, atau US$ 59 miliar, akan dialokasikan khusus untuk pengembangan energi bersih. "Prioritas utama kami adalah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan panas bumi, yang merupakan bagian dari komitmen kami untuk mengurangi emisi karbon," jelas Suroso dalam acara Indonesia-Switzerland Hydropower Conference 2025 di Jakarta.
Berikut rincian alokasi investasi energi bersih: - PLTA: Pengembangan kapasitas hingga 29 GW, dengan potensi terbesar di Kalimantan (13 GW) dan Sumatra (7 GW). - Panas Bumi: Eksplorasi sumber energi geotermal di wilayah vulkanik. - Supergrid: Pembangunan jaringan transmisi sepanjang 48.000 km untuk menghubungkan pusat energi dengan daerah konsumsi.
Suroso juga menekankan pentingnya kolaborasi internasional, terutama dengan Swiss, yang memiliki keahlian dalam teknologi PLTA. "Kami membuka peluang investasi dan transfer teknologi untuk mempercepat pembangunan infrastruktur energi terbarukan," tambahnya. Proyek supergrid dinilai krusial untuk mengatasi ketimpangan antara lokasi sumber energi bersih—seperti di Kalimantan Utara dan Sulawesi Tengah—dengan pusat permintaan listrik di Jawa dan Sumatra.
Selain itu, PLN memproyeksikan perluasan jaringan supergrid hingga 63.000 km dalam dekade mendatang, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mendukung target Indonesia dalam mencapai net zero emission pada 2060.