Indonesia Tingkatkan Impor Energi dari AS untuk Perbaiki Neraca Perdagangan

Jakarta – Pemerintah Indonesia berencana meningkatkan impor minyak mentah dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat (AS) senilai 10 miliar dolar AS atau setara Rp168 triliun. Langkah ini diambil sebagai upaya menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara, yang selama ini didominasi surplus dari Indonesia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menjelaskan, kebijakan ini merupakan respons terhadap penerapan tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% oleh AS. "Presiden meminta kami mengidentifikasi komoditas yang dapat dibeli dari AS. Kami mengusulkan peningkatan impor minyak dan LPG untuk mengurangi ketimpangan perdagangan," ujar Bahlil dalam pertemuan di Jakarta.

  • Neraca Perdagangan: Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus perdagangan non-migas Indonesia dengan AS mencapai 16,84 miliar dolar AS pada 2024.
  • Strategi Penggeseran Impor: Pemerintah berencana mengalihkan sebagian impor minyak dan LPG dari negara lain ke AS untuk menyeimbangkan defisit perdagangan AS.
  • Harga Kompetitif: Meskipun biaya transportasi lebih tinggi, harga LPG dari AS dinilai setara dengan produk dari Timur Tengah, sehingga tetap ekonomis.

Bahlil menegaskan, langkah ini tidak hanya mendukung stabilitas perdagangan tetapi juga menjamin pasokan energi dalam negeri dengan harga yang kompetitif. "Kami yakin skema ini dapat menciptakan win-win solution bagi kedua negara," tambahnya.