Dampak Balasan China Atas Kebijakan Tarif Trump Terhadap Petani Kedelai Amerika

Perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah kedua negara saling menaikkan tarif impor secara bergantian. Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif impor produk China hingga 125% dibalas setimpal oleh Beijing dengan langkah serupa, menciptakan dampak berantai yang signifikan terhadap sektor pertanian Amerika, khususnya petani kedelai.

China sebagai importir utama produk pertanian AS memiliki senjata strategis dengan mengurangi drastis impor kedelai dari Amerika. Langkah ini bukan kali pertama dilakukan, mengingat pada 2018 Beijing pernah menerapkan kebijakan serupa saat ketegangan dagang memuncak. Akibatnya, ekspor kedelai AS ke China yang semula menjadi tulang punggung perdagangan bilateral kini terancam kolaps dengan diterapkannya tarif kumulatif mencapai 135%.

  • Pergeseran Pasar Global: Brasil muncul sebagai pemenang utama dalam konflik ini, dengan ekspor kedelainya ke China melonjak 280% sejak 2010. Kunjungan Presiden Xi Jinping ke Brasil tahun lalu semakin memperkuat kemitraan dagang kedua negara.
  • Proyeksi Produksi: Panen kedelai Brasil diprediksi mencapai rekor tertinggi tahun ini, memungkinkan China beralih sepenuhnya ke pemasok Amerika Selatan.
  • Dampak Politik: Petani AS yang mayoritas merupakan basis pendukung Trump mengalami kerugian hingga $27 miliar selama perang dagang 2018, dengan 71% kerugian berasal dari sektor kedelai.

Sementara itu, industri pertanian AS masih berjuang memulihkan diri dari dampak perang dagang sebelumnya. Ironisnya, negara bagian penghasil kedelai terbesar seperti Illinois dan Minnesota justru menunjukkan dukungan politik yang berbeda dalam pemilihan presiden terakhir.