Pakar Ekonomi Peringatkan Dampak Serius Perang Tarif Global

Kekhawatiran Meningkat soal Dampak Perang Tarif terhadap Stabilitas Ekonomi Global

Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates dan salah satu pakar ekonomi yang berhasil memprediksi krisis keuangan 2008, kini menyuarakan keprihatinan serius terkait kebijakan tarif impor yang digulirkan oleh pemerintahan Amerika Serikat. Dalio menegaskan bahwa ketegangan perdagangan global saat ini berpotensi memicu resesi ekonomi, bahkan dampak yang lebih parah jika tidak dikelola dengan tepat.

"Kita berada di persimpangan kritis yang sangat dekat dengan resesi. Saya khawatir situasi ini bisa berujung pada krisis yang lebih dalam jika tidak ditangani secara hati-hati," ujar Dalio. Ia menambahkan bahwa kombinasi dari tarif impor, tingginya utang, serta persaingan ekonomi global yang semakin ketat dapat mengganggu keseimbangan sistem keuangan dunia.

Faktor-Faktor yang Memperburuk Situasi

  • Kebijakan Tarif yang Tidak Stabil: Implementasi tarif yang tidak terencana dapat menciptakan gejolak di pasar global.
  • Ketidakpastian Kebijakan: Langkah-langkah proteksionis AS, terutama terhadap China, telah meningkatkan volatilitas pasar.
  • Penurunan Aktivitas Ekonomi: Beberapa indikator terbaru menunjukkan perlambatan pertumbuhan di berbagai sektor.

David Solomon, CEO Goldman Sachs, turut mengonfirmasi kekhawatiran ini dengan menyatakan bahwa ketidakpastian kebijakan telah menghambat keputusan investasi klien mereka. "Risiko perang dagang yang meluas dapat berdampak signifikan tidak hanya bagi AS, tetapi juga ekonomi global," kata Solomon.

Proyeksi Resesi dan Langkah Antisipasi

Goldman Sachs memperkirakan kemungkinan resesi di AS dalam 12 bulan ke depan mencapai 45%. Sebelum pengumuman penundaan tarif selama 90 hari oleh pemerintahan Trump, proyeksi ini bahkan lebih tinggi. Dalio menekankan bahwa pendekatan yang terkoordinasi dan transparan sangat penting untuk mencegah skenario terburuk.

"Jika kebijakan tarif dikelola dengan baik, dampak negatifnya dapat diminimalisir. Namun, jika dilakukan secara sembrono, konsekuensinya bisa jauh lebih buruk daripada resesi biasa," pungkas Dalio.