Banjir Besar Bekasi Kembali Rendam Kendaraan Warga, Sumitro Rugi Dua Kali

Banjir Besar Bekasi Kembali Rendam Kendaraan Warga, Sumitro Rugi Dua Kali

Sumitro (57), warga Pondok Gede Permai (PGP), Bekasi, Jawa Barat, kembali merasakan pahitnya musibah banjir. Sepeda motor Honda Supra X miliknya, yang telah menjadi korban banjir besar pada tahun 2020, kembali terendam banjir besar yang melanda wilayah tersebut pada Selasa (4/3/2025). Banjir kali ini, menurut Sumitro, jauh lebih parah dibandingkan peristiwa serupa lima tahun silam. "Banjir kali ini paling besar, lebih parah daripada tahun 2020," ujarnya saat diwawancarai Kamis (6/3/2025).

Pada kejadian banjir tahun 2020, Sumitro mengalami kerugian sebesar Rp 400.000 untuk memperbaiki panel indikator motornya yang rusak akibat terendam air. Namun, kerusakan yang diderita motornya akibat banjir kali ini jauh lebih signifikan. Pemeriksaan awal menunjukkan bahwa oli mesin telah bercampur dengan air banjir, mengindikasikan kerusakan yang lebih dalam pada komponen mesin.

"Dasbornya sudah beberapa kali terendam. Tahun 2020 terendam, sempat diganti, dan sekarang terendam lagi. Memperbaiki dasbor saja waktu itu menghabiskan Rp 400.000," ungkap Sumitro, sembari menambahkan kekhawatirannya akan biaya perbaikan yang lebih besar kali ini.

Belum dapat dipastikan berapa biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki motornya secara menyeluruh. Namun, Sumitro telah merencanakan langkah awal dengan mengganti oli mesin terlebih dahulu. "Belum tahu apakah motornya masih bisa hidup atau tidak. Yang pasti, saya akan ganti oli dulu," tambahnya, menunjukkan kepasrahannya menghadapi kerugian yang kembali dialaminya.

Kejadian ini menyoroti permasalahan infrastruktur dan sistem penanggulangan banjir di wilayah Pondok Gede Permai, Bekasi. Pengulangan kejadian serupa dalam jangka waktu yang relatif singkat menunjukkan perlunya evaluasi dan perbaikan sistem yang lebih komprehensif untuk mencegah kerugian serupa di masa depan. Minimnya infrastruktur saluran air yang memadai dan buruknya sistem drainase di area tersebut patut menjadi perhatian serius pemerintah daerah setempat. Selain kerugian materiil, kejadian ini juga menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi warga yang terdampak, seperti Sumitro, yang harus menanggung kerugian finansial secara berulang akibat peristiwa alam yang sama.

Peristiwa ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai kesiapan warga dalam menghadapi bencana alam. Meskipun telah mengalami kejadian serupa di masa lalu, Sumitro tampaknya belum sepenuhnya siap menghadapi risiko banjir di lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini menggarisbawahi pentingnya edukasi dan sosialisasi mitigasi bencana kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi potensi ancaman bencana di masa mendatang. Pentingnya investasi dalam infrastruktur yang tahan banjir dan program-program edukasi masyarakat untuk mengurangi dampak bencana perlu menjadi fokus utama pemerintah dan instansi terkait.