Pergerakan IHSG yang Fluktuatif Picu Minat Investasi Emas Meningkat
Pasar modal Indonesia mengalami gejolak signifikan pasca-libur Lebaran, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat merosot hingga 3,82% dalam rentang 8-11 April 2025. Kondisi ini memicu pergeseran preferensi investasi masyarakat, di mana emas muncul sebagai pilihan utama bagi banyak investor yang mencari instrumen yang lebih stabil.
Anton Sukarna, Direktur Sales & Distribution BSI, mengungkapkan bahwa emas telah lama dianggap sebagai safe haven atau tempat berlindung yang aman bagi aset. "Tidak hanya individu, bahkan negara sekalipun seringkali mengalihkan cadangannya ke emas saat menghadapi ketidakpastian ekonomi," jelas Anton dalam acara Prospek Investasi Emas di Jakarta. Menurutnya, tren ini semakin menguat ketika pasar saham menunjukkan ketidakstabilan, mendorong investor untuk mengamankan dananya dalam bentuk logam mulia.
Fenomena peralihan investasi ini juga diamati oleh Riko Wardhana, Vice President Digital Strategy and Development BSI, yang mencatat peningkatan penjualan emas secara signifikan. "Sejak Februari, volume penjualan emas kami melonjak dari rata-rata 30 kilogram per bulan menjadi 125 kilogram," ujar Riko. Meskipun demikian, ia menegaskan bahwa pihaknya belum dapat memastikan apakah lonjakan tersebut secara langsung terkait dengan aliran dana dari pasar modal.
Beberapa faktor yang mendorong minat terhadap emas: - Stabilitas harga yang relatif terjaga dibandingkan aset lain. - Kemudahan akses melalui layanan bank emas yang telah mendapatkan izin OJK. - Persepsi masyarakat yang menganggap emas sebagai instrumen investasi jangka panjang yang lebih tahan terhadap gejolak ekonomi.
Meskipun belum ada data spesifik yang mengonfirmasi perpindahan dana dari saham ke emas, kedua narasumber sepakat bahwa ketidakpastian di pasar modal menjadi salah satu pendorong utama meningkatnya permintaan terhadap logam mulia tersebut.