Dampak Fatal Abai Membersihkan Debu pada Sistem CVT Motor Matic

Jakarta – Tumpukan debu pada sistem Continuously Variable Transmission (CVT) motor matik sering kali dianggap remeh oleh para pengendara. Padahal, akumulasi kotoran tersebut dapat memicu kerusakan signifikan yang berdampak pada performa dan umur panjang kendaraan. Tanpa perawatan rutin, debu yang menempel pada komponen CVT mampu mempercepat keausan hingga menurunkan efisiensi mesin secara keseluruhan.

Menurut ahli perbengkelan, debu yang terakumulasi dalam waktu lama dapat menyusup ke bagian-bagian kritis seperti roller, kampas kopling, dan kipas pendingin CVT. Akibatnya, motor akan mengalami gejala seperti tarikan yang berat, getaran berlebihan, hingga suara bising yang tidak wajar. Berikut beberapa risiko utama jika debu pada CVT dibiarkan menumpuk:

  • Penurunan Responsivitas: Debu menghambat pergerakan komponen, membuat akselerasi motor kurang optimal.
  • Kerusakan V-Belt: Partikel kotoran mempercepat gesekan, memicu keretakan atau putusnya sabuk transmisi.
  • Overheating: Sirkulasi udara terhambat akibat debu menutupi kipas pendingin CVT.

Pembersihan berkala setiap 8.000–10.000 km dianjurkan untuk mencegah kerusakan parah. Prosedurnya meliputi pembukaan cover CVT, penyemprotan dengan udara bertekanan tinggi, dan pengecekan komponen bergerak. Lingkungan berkendara juga turut memengaruhi; pengguna di wilayah berdebu atau sering terjebat macet wajib lebih intensif dalam perawatan.

"Biaya perbaikan CVT yang rusak akibat debu bisa mencapai jutaan rupiah, termasuk penggantian roller, kampas kopling, atau bahkan rumah CVT. Lebih hemat merawat daripada membiarkan sampai parah," tegas seorang mekanik berpengalaman.